TUBUH DARAH KRISTUS : JANJI SETIA ALLAH DAN KITA

( 18-06-2015 )

Hari Raya ini dimaksudkan untuk menyadarkan kita kembali akan pemberian diri Tuhan Yesus untuk menyatukan kita dengan Allah. Kesatuan kita dengan Allah  ini dijamin dengan perjanjian, karena itu ketiga bacaan sabda Tuhan hari ini berbicara tentang perjanjian. Musa berdasarkan firman Tuhan mengikat perjanjian umat Israel dengan Tuhan. Perjanjian itu diteguhkan dengan darah lembu jantan. Perjanjian darah adalah perjanjian hidup, karena kita dihidupi oleh darah kita. Jadi perjanjian darah sangat dalam artinya, sangat dalam ikatannya.

 

Relasi kita dengan Allah didasarkan pada perjanjian, karena itu Kitab Suci kita disebut Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, karena isi pokoknya adalah tindakan dan sabda kasih setia Tuhan bagi kita. Suatu perjanjian keluar dari lubuk hati kita yang  terdalam, bukan sekedar perasaan dangkal sesaat. Maka untuk menghayatinya kita tak boleh hanya mendasarkan pada perasaan: kalau perasaan sedang semangat ya saya setia menggereja, saya setia untuk berdoa menjalin kasih dengan Tuhan. Sebaliknya kalau perasaan saya sedang hambar ya saya tidak berdoa, tidak menggereja. Seringkali kita membenarkan diri dengan mengatakan: untuk apa saya menipu diri, kalau hati saya tidak membawa saya kepada Tuhan, percuma saya ke gereja. Jangan menyamakan hati dengan perasaan! Perasaan seringkali dangkal dan sementara, tidak bisa diandalkan, tak bisa dipertanggungjawabkan. Bahkan relasi antar manusia (suami istri) seringkali dangkal dan mudah berantakan kalau melulu didasarkan pada perasaan. Malangnya itulah yang  terjadi pada banyak pasangan dewasa ini.

 

Bila darah lembu jantan meneguhkan perjanjian umat  Israel dengan Tuhan, maka darah Kristus menjadi peneguh perjanjian baru umat dengan Allah. Renungkanlah betapa dalam dan besar perbedaannya: Darah lembu jantan bukan darah kita, bukan darah manusia, walau melambangkan darah kita yang diikat dalam janji setia kepada Allah. Dalam Perjanjian Baru pengikat perjanjian itu adalah darah (hidup) Tuhan sendiri  yang  abadi, maka sebagai timbal baliknya kitapun harus menyerahkan darah (hidup) kita sepenuhnya kepada Tuhan untuk selama-lamanya. Hal ini juga diteguhkan dalam injil hari ini saat dalam perjamuan Yesus sendiri bersabda: “Ambillah, inilah tubuh Ku …. Inilah Darahku, darah perjanjian yang ditumpahkan bagi banyak orang.” Dan ini dinyatakan Yesus dengan lahir sebagai sesama, mewartakan kasih Allah dengan kata dan karya, hingga wafatNya di salib bagi kita.

 

Hari ini anak-anak kita menerima komuni pertama. Mereka dianggap mampu untuk menjalin relasi kasih setia dengan Tuhan dengan penuh tanggungjawab, tidak lagi melulu berdasarkan perasaan. Kita perlu membantu mereka untuk setia menjalin relasi dengan Tuhan, apapun perasaan mereka. Selain keluarga sebagai penjamin kesetiaan yang utama, ada wadah yang akan sangat membantu mereka untuk setia dan terus memperdalam relasi mereka dengan Allah: Misdinar, Rekat, dan berbagai organisasi katolik atau kegerejaan. Begitulah mereka didewasakan dalam iman, sekaligus didewasakan secara manusiawi. Hanya orang  yang setia dan bertanggungjawab boleh disebut sebagai orang dewasa sejati. Setiap ada relasi dengan Tuhan akan membangun kesetiaan dan tanggungjawab pada sesama (sad)