PERTOBATAN SEJATI

( 07-04-2019 )

Bacaan pertama Yes 43:16-21 mengandung puisi kecil yang dicatat dalam Deutero Yesaya ini mau memberikan perspektif masa depan. Yesaya menggambarkan masa depan itu sebagai exodus baru, di mana Allah sendiri akan membangun umat untuk memulakanNya.Kenangan akan pembuangan tidak perlu mematikan semangat, tetapi yang penting sekarang ialah menanggapi tawaran cinta kasih Allah itu secara konkrit.

“Tuhan telah membuat jalan melalui laut dan melalui air yang hebat; Ia telah menyuruh kereta dan kuda keluar untuk berperang dan membawa tentara serta  pasukan yang gagah, yang terbaring dan tidak dapat bangkit lagi, yang sudah mati dan padam laksana sumbu”. Beginilah firman Tuhan yang telah melakukan semua itu, ‘Janganlah mengingat-ingat hal-hal yang dahulu, dan janganlah perhatikan hal-hal yang dari zaman purbakala!” (Yes. 43:16-21). 

Bacaan kedua Flp.3:8-14 memberikan perbandingan pengalaman Paulus sebagai seorang Israel sejati, yang cukup fanatik dengan situasinya yang baru sebagai seorang yang mengenal Kristus sebagai hadiah kasih Allah, yang ternyata mampu mengubah seluruh hidup Paulus secara radikal. Kebanggaan masa lampau ditinggalkan dan rela mengisi hidupnya dengan Kristus sendiri. “Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus” (Flp 3:8b). Dan Paulus memang tidak menyia-nyiakan kesempatan itu (lih. 1 Kor 15:10).

Injil Suci Yoh 8:1-11 menceriterakan bagaimana Yesus menghadapi orang yang mendapat kritik tajam dari para pengkritiknya. Kasih Kristus terhadap orang lemah memang besar; tetapi lebih besar lagi sikap kasih Nya yang membangun segalanya. Allah selalu memberikan kesempatan sampai akhir, demikian juga Kristus. Hanya bila kasih itu ditolak, Allah pun tidak bisa bergerak. Allah harus menciptakan situasi baru lagi peristiwa itu.

Injil suci ini mengisahkan tentang para ahli Taurat dan orang-orang Farisi yang menggiring ke hadapan Yesus seorang perempuan yang kedapatan sedang berbuat zinah dengan penuh napsu sambil menyitir hukum-hukum agama. Terhadap provokasi orang-orang Farisi dan ahli kitab itu Yesus bersikap kepala dingin. Ia bahkan menolak dijadikan hakim persoalan pengadilan Yahudi (cf. Mat 22:21;  Lk 12:13-14). Yesus menyatakan pro atau kontra hukum Ul 22:23-24. Bahkan Yesus tidak bersedia memberikan hukuman didunia ini.

Terhadap provokasi para ahli kitab dan farisi itu, Yesus hanya memberikan ganti pertanyaan.. “barangsiapa diantara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan ini” (Yoh 8:8). Dengan demikian tanpa menyalahkan para pengkritiknya Yesus menunjukkan suatu sikap yang harus dibangun sesuai dengn tuntutan keselamatan yang ditawarkan oleh Allah.

Pertama-tama harus bersih dan jujur dulu dengan diri sendiri, kemudian sikap terhadap orang lain, harus disadarkan pandangan tersebut. Di sini kita melihat suatu kehalusan sikap kasih Kristen yang harus mendasari kehidupan bersama.

Puncak kisah ini ditemukan dalam pertemuan antara Yesus dan Pendosa itu. sesudah semua pergi lalu Yesus bertemu secara pribadi dengan wanita tersebut. Yesus mengajaknya berbuat baik dengan seruan : “Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang” (Yoh 8:11).Pengampunan sejati berarti menerima orang, yang juga kegagalan yang pernah dilakukan, beserta kesediaan untuk melaksanakan yang baik. Yesus mendahului menampakkan pengampunan Tuhan, dan kita menerima pengampunan Nya.

Semoga dalam masa Prapaska ini kita akan bisa lebih bertumbuh dalam kehidupan iman kristiani dengan pertobatan sejati. (Rm. Widajaka, CM)