Dalam masa Prapaskah, kita disadarkan, bahwa upaya 'jalan pintas' sebagai pengikut-Nya perlu diwaspadai dalam hidup keseharian. Jika kita mau mencapai sesuatu yang tinggi, yang bernilai, perlu ada ketabahan dan pengorbanan. Inilah salah satu hikmah yang dapat kita diambil bahwa Yesus mau ditinggikan -dalam arti dimuliakan dan disalibkan- agar kita semua yang percaya juga dapat ditinggikan -dimuliakan- dan juga bersedia ditinggikan -disalibkan- bersama Dia. Bagi-Nya tak ada 'jalan pintas'. Yang tersedia hanya 'jalan salib'.
'Ikut Yesus tak ada jalan pintas!' Bila kita ingin memperoleh hidup yang kekal, yang abadi, yang berbahagia, beranilah terus berjuang memiliki iman kepercayaan kepada-Nya, kepada Yesus. Memang tindakan percaya bukan sesuatu yang mudah, yang selesai dengan satu ucapan "aku percaya". Tindakan percaya perlu diterjemahkan, direalisasikan dalam kehidupan nyata. Dan kita ketahui bahwa hal itu tidaklah selalu mudah dilakukan. Butuh suatu perjuangan dan pengorbanan untuk tetap memberikan kesempatan iman ikut berbicara. Dalam situasi seperti ini, Yesus menghendaki agar kita jangan mundur karena besarnya pengorbanan dan berat-nya konsekwensi yang harus kita pikul sebagai pengikut-Nya. Bila kita coba merenungkan dalam keheningan jiwa dan ketabahan hati ketika memasuki proses percaya dan dampaknya, maka kita akan menemukan salah satu hikmah masa Prapaskah, lewat ayat kunci ini: "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal" (Yoh.3:16).
Percaya kepada Putra-Nya merupakan syarat mutlak yang tidak bisa ditawar agar kita memperoleh kebahagiaan dan keselamatan secara utuh, inilah kehendak Ilahi. Percaya kepada Yesus berarti mengakui bahwa Dia adalah Mesias dan Putra Allah, Anak tunggal yang menjadi tanda kasih Allah; bahwa Dia tinggal dalam Allah dan Allah dalam Dia. Di sinilah keistimewaan, keunikan hubungan kasih dan kesatuan-Nya dengan Allah. Pemberian dan perutusan Anak tunggal ini serta penyerahan-Nya di salib merupakan tanda bukti kebesaran kasih Allah, membuka perspektif hidup yang baru dan cerah bagi umat manusia.
Kepercayaan kita kepada kasih Allah tampak dalam ketabahan hati kita berjuang melewati masa krisis untuk mencapai tujuan hidup bahagia bersama-Nya. Tetap tabah, meski dibenci, disingkiri, dipojokkan karena kita tetap ingin mencapai tujuan dengan cara-cara yang wajar, yang lurus, tidak bertentangan dengan hukum, dengan kesopanan dan kesantunan dalam hidup bersama. Inilah salah satu perwujudan dan upaya untuk membalas kasih Allah kepada kita
Saudaraku, bagi Kristus dalam mewujudkan kasih-Nya yang tersedia hanya ketabahan melewati 'jalan salib', tak ada 'jalan pintas'. Sejauh mana Anda berupaya tetap tabah berjuang melewati 'jalan salib' sebagai pengikut-Nya dalam hidup keseharian? (Hd.)