MAU TOBAT? DENGARKAN TUHAN!

( 17-03-2019 )

Pernahkah dalam hidup ini kita jengkel terhadap Tuhan? Pernahkah kita sudah berulang kali berdoa dengan tekun, bahkan melalui novena-novena, atau doa-doa yang diajarkan oleh Gereja, namun, toh, tanggapan Tuhan begitu sepi? Seakan-akan kita berteriak-teriak kepada Tuhan, namun Tuhan berjalan saja di hadapan kita tanpa sedikit pun mau menoleh kepada kita?
Yang parah ialah ketika peristiwa ini terjadi di dalam hidup ini, kita mencari jawaban ke mana-mana, entah sahabat, suster, Romo, atau orang yang kita tuakan, tapi jawaban mereka sederhana, “Yang sabar. Tuhan pasti akan beri jalan.” Mereka seakan-akan tak paham bahwa semua sudah kita kerahkan untuk dapat sabar dan meyakini bahwa Tuhan akan beri jalan. Tapi apa yang kita dapat? Toh hasilnya nihil.
Setiap dari kita senantiasa menginginkan kebaikan bagi hidup kita. Masalahnya kebaikan ini tidak jarang merupakan hasil dari pelajaran hidup yang kita dapatkan dari rumah, sekolah, pasar, kantor, RT, gereja, dsb. Singkat kata, apa itu yang baik senantiasa merupakan percampuran apa yang baik menurut diriku dan apa yang baik menurut orang-orang di sekitarku. Sejauh mana kebaikan itu membawa manfaat dan kenyamanan, sejauh itu pula kita akan mengejarnya. Kebaikan semacam inilah yang kemudian kita sodorkan kepada Tuhan agar dikabulkan. Agar kita bisa berada dalam zona nyaman (kebaikan) tersebut.
Persis, seperti itulah yang dialami para murid dua ribuan tahun yang lalu. Para murid ditanya oleh Tuhan Yesus, “Menurutmu, siapakah anak manusia itu?” Diwakili oleh Petrus, mereka menjawab, “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup.” Persis! Itulah Anak Manusia. Itulah Tuhan Yesus. Tuhan Yesus adalah Kristus. Mesias. Yang terurapi. Dia adalah orang yang akan menanggung banyak penderitaan, ditolak oleh tua-tua bangsa, imam-imam kepada dan ahli-ahli Taurat. Dia yang akan akan dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga. Ingat, dia bukan akan dihancurkan oleh bangsa asing, melainkan akan diburu, dinista, difitnah, oleh bangsanya sendiri. Bangsa yang sudah dimakmurkan. Bangsa yang sudah diberi harapan bahwa Allah tidak akan pernah meninggalkan. Bangsa yang sudah diselamatkan.
Para murid meradang. Tak rela, sang Junjungan mengalami jalan terjal. Tak sepatutnya, Mesias mengalami hal demikian. Hal demikian sama sekali tidak baik bagi Mesias. Karena itulah Petrus dihardik, “Enyahlah Kau Iblis!”
Paginya, Petrus, Yohanes dan Yakobus diajak ke gunung. Di sana mereka melihat Tuhan Yesus bersama dengan Musa dan Elia sedang berbincang mengenai jalan terjal tersebut. Petrus yang kebingungan akhirnya langsung berkata kalau kita bangun 3 kemah saja. Sudah tidak perlu turun-turun lagi dan melanjutkan jalan terjal itu. Namun, apa yang terjadi? Tiba-tiba terdengar suara dari langit, “Inilah Anak-Ku yang Kupilih, dengarkanlah Dia.” Mereka pun tertunduk. Akhirnya mereka paham. Ternyata ini memang jalan Tuhan. Bahwa Mesias memang harus melalui jalan terjal. Bahwa apa yang baik menurut mereka bukanlah hal yang baik menurut Allah.
Para murid akhirnya bertobat. Pertobatan mereka ialah dengan mendengarkan kata-kata Tuhan. Ketika kita ngotot dalam berdoa dan ternyata tak kunjung berhasil, bisa jadi Tuhan sedang mengajarkan kepada kita kegigihan dalam berdoa. Namun, bisa jadi juga Tuhan sedang mengajarkan kepada kita apa artinya, “Jadilah kehendak-Mu di atas bumi seperti di dalam surga.” Maka, mungkin saatnya kita mengubah doa kita, “Ya Tuhan, biarlah kehendak-Mu yang terjadi, dan ajarlah aku untuk dapat menjalani.” Inilah bentuk pertobatan kita yang nyata: mengubah doa kita dengan mendengarkan Tuhan. (ykc).