KASIHILAH MUSUHMU

( 23-02-2019 )

Raja Saul merupakan gambaran orang yang terpilih memikul tugas ilahi, , tetapi gagal menyelesaikan. Allah memilih yang lain yaitu Daud untuk meneruskan tugas Saul sebagai Raja. Bahan kisah ini berasal dari lingkungan hidup kerajaan, di mana orang-orang yang melihat peranan Daud sebagai raja terpilih menjelaskan secara teologis pilihan Daud sebagai pemimpin Israel. Daud menghargai pilihan Allah, namun di samping itu ia juga mengambil alih tugas yang dulu dijabat orang lain, dan tugas itu nampaknya tidak begitu berhasil. Kebesaran Daud memang menjadi teladan bagi bangsa terpilih. Ia bukan hanya raja besar, tetapi juga sekaligus pahlawan. Salah satu peristiwa ialah ketika Daud mengampuni Saul. Di sini terlukis apa yang oleh penulis Amsal diagungkan: mengampuni lawan (lih. Ams 24:17; 25:21 st). Itu juga yang kemudian oleh Yesus dijadikan salah satu pokok Warta Kasih. Kisah ini juga menjelaskan bahwa balas dendam akhirnya hanya menimbulkan dendam kesumat. Ada jalan lain bisa ditempuh untuk memperkembangkan pengampuan dan kasih sejati. Daud dengan cara itu menunjukkan bahwa kesediaan untuk mengampuni menghindarkan kerugian besar, mengakhiri kerewelan dan membuka kemungkinan komunikasi yang jauh lebih subur,lebih berguna. Penulis kisah ini menunjukkan bagaimana seorang raja dan tentu saja berlaku bagi orang-orang yang berjiwa raja harus bersikap dan bertindak; bukan mengandalkan kuat kuasa, melainkan bersendi pada kebijaksanaan kasih. Mungkin sekali penulis kisah ini memberikan gambaran bagaimana sikap terhadap penguasa dan sebalikya harus dijalin. Peranan kritis kedua belah pihak perlu bagi kesejahteraan bersama. Hidup memang berkembang dari pertukaran, tetapi bukan pertentangan. Injil Lukas 6:27-28 berbicara tentang Hukum Cinta Kasih Kristen. Tuntutan Yesus bagi murid-muridNya merupakan tuntutan yang radikal dan total. Tuntutan ini merupakan program kehidupan, yang harus terlaksana dalam karya sehari-hari, dalam tindakan-tindakan yang nyata. Yang dituntut oleh Yesus, bukannya sekedar hilangnya sikap munafik, melainkan sesuatu yang jauh lebih positip, yaitu Revolusi Cinta Kasih Kristen. Orang kristen tidak boleh menjawab benci dengan benci, dengki dengan dengki. Usaha positip yang dilandasi cinta kasih Kristenlah yang harus merupakan jawaban terhadap kecurangan dan kebencian. Tidak cukup bagi kristen hanya mengakui dan menyayangkan bahwa di dunia ini masih ada ketidakadilan. Demikian pula orang kristen memberikan derma sekedar untuk menenteramkan hati nurani. Tetapi seorang kristen harus menjadi pelopor dalam kehidupan ini, baik dengan sumbangan pikiran maupun tenaga, kemampuan dan kelihaian ikut serta membangun dunia yang lebih layak, seperti dikehendaki oleh Sang Pencipta. Hanya dengan demikian sikap jahat bisa dikendurkan. Inilah kiranya yang dimaksudkan Lukas ketika menulis “Barang siapa menampar pipimu yang satu, berikanlah juga kepadanya pipimu yang lain, dan barangsiapa mengambil jubahmu, biarkanlah ia juga mengambil bajumu” (Lk. 6:29). Kita sebagai orang kristen dituntut selalu bersikap gigih, tabah dan tekun. Kita harus mempunyai motivasi yang kokoh. Tanpa motivasi itu seluruh semangat dan cita-cita bisa hancur. Motivasi itu diberikan juga oleh Lukas dengan menyatakan ini : “....kamu akan menjadi anak-anak Allah yang mahatinggi” (Lk 6:35). Rm. J. Widajaka CM