KOREKSI PERSAUDARAAN DALAM KASIH

( 09-02-2019 )

Kesombongan adalah salah satu akar dosa atau dosa pokok. Kesombongan menunjuk pada suatu kelekatan tak teratur pada keunggulan diri sendiri. Orang yang sombong cenderung mencari makna dan kepenuhan hidup dalam prestasi dan pencapaian diri sendiri.  

Menurut Katekismus Gereja Katolik, ada dua jenis kesombongan: "manusia menilai kemampuannya terlalu tinggi, dengan berharap bahwa ia dapat mencapai keselamatan tanpa bantuan dari atas; atau ia berharap terlalu berani bahwa ia dapat menerima pengampunan dari kemahakuasaan dan kerahiman Allah, tanpa bertobat, dan menjadi bahagia, tanpa jasa apa pun” (KGK 2092).  Orang yang sombong memang selalu lupa diri bahwa mereka tidak sendirian tetapi hidup bersama orang lain dan berada di hadirat Tuhan. Satu jalan yang selalu dilakukan adalah memberi 'koreksi persaudaraan dalam kasih' terhadap kekeliruan bahkan dosa-dosa yang dilakukan dengan sadar atau tidak disadari 

Mengacu pada bacaan Injil hari Minggu Biasa XXIII ini, menunjukkan kepada kita begitu pentingnya kesediaan semua anggota komunitas yaitu Gereja, untuk saling memaafkan. Ditekankan pula perlunya saling menegur bila berdosa, tetapi juga tak terlupakan keharusan berdoa (ay. 19-20). Pada dasarnya dalam Injil ini kita menemukan ajaran Gereja tentang pertobatan dan rekonsiliasi atau pengampunan. Menurut ajaran agama (katekismus) katolik, dosa pertama-tama adalah pelanggaran kehendak Allah. Artinya suatu pemutusan hubungan dengan Allah. Bukan hanya itu! Tanpa disadari, dosa sekaligus juga merugikan hubungan / relasinya dengan Gereja. Karena itu penyesalan/pertobatan mengandung pengampunan oleh Allah dan rekonsiliasi dengan Gereja.

Adapun dalam bacaan Injil hari ini, Tuhan Yesus mengajarkan bagaimana memberi koreksi persaudaraan kepada seorang saudara-saudari yang berdosa, melalui empat tahapan ‘koreksi persaudaraan dalam kasih’, sebagai berikut:

Pertama, kalau ada seorang saudara yang berdosa maka perlu duduk bersama, empat mata dan saling berbicara satu sama lain. Ini adalah saat yang tepat untuk memberikan koreksi berupa teguran persaudaraan. Kalau ia merasa berdosa dan mendengar teguran persaudaraan maka sikap tobatnya dapat ditata kembali.

Kedua, kalau saudara itu tidak mendengar teguran persaudaraanmu, maka panggillah satu atau dua orang lain untuk duduk bersama dan berikan teguran persaudaraan. Mengapa demikian, karena kesaksian dua atau tiga orang memiliki kekuatan tertentu.

Ketiga, kalau teguran persaudaraan dengan beberapa orang juga tidak didengar maka perlu mencari waktu untuk duduk bersama sebagai satu komunitas persaudaraan, dan memberi teguran bersama kepadanya.

Keempat, kalau dengan teguran bersama dalam komunitas juga tidak didengar maka sebaiknya saudara itu dikeluarkan dari komunitas dan dianggap sebagai pribadi yang tidak mengenal Allah atau sebagai orang berdosa.

Inilah empat tahapan dalam memberi teguran atau koreksi persaudaraan dalam kasih kepada saudara yang berdosa. Tentu saja teguran persaudaraan ini dapat memiliki pengaruh kalau orang yang memberi koreksi memiliki kemampuan untuk mendoakan saudara yang berdosa. Sebab kalau koreksi persaudaraan itu semata-mata berasal dari dalam diri sendiri, maka koreksi persaudaraan itu juga tidak memiliki kekuatan apa-apa. Mungkin yang terjadi adalah rasa benci berkepanjangan. Realitas memang terjadi seperti ini. Mengapa orang tidak menerima koreksi dan tidak berubah, karena kita yang memberi koreksi belum mendoakan dalam kasih. Kita hanya mengoreksi karena kesal, marah atau dendam terhadap saudara kita.

Yesus dalam bagian terakhir Injil hari ini menekankan aspek doa untuk sukses dalam memberi koreksi. Yesus berkata: ”Jika dua orang di antaramu di dunia sepakat meminta apa pun, permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh BapaKu yang di surga. Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul demi namaKu, Aku hadir di tengah-tengah mereka”

Saudaraku, dunia, komunitas dan keluarga kita akan menjadi indah kalau hari demi hari kita saling mendoakan, saling memberi koreksi persaudaraan apabila ada yang berdosa. Rasa dendam dan iri hati akan hilang, asalkan orang itu tidak sombong, mau rendah hati untuk menerima koreksi persaudaraan. Banyak orang sulit menerima koreksi persaudaraan, karena orang itu sombong. Di lain pihak, ada juga orang suka memberi koreksi tetapi dirinya sulit untuk menerima koreksi persaudaraan. Inilah realitas hidup kita maka Tuhan perlu menjadi andalan hidup kita. Satu jalan yang juga dapat menjadi tawaran penting adalah Sakramen Tobat. Sering mengaku dosa dapat membuat orang menjadi rendah hati di hadapan Tuhan dan sesama