MENJADI TERANG

( 14-01-2019 )


"Tuhan, jadikanlah aku pembawa terang, di mana terjadi kegelapan ...!"  Orang yang mencintai cahaya akan mampu menghayati makna yang terkandung dalam doa Fransiskus Asisi yang indah ini; ia memiliki kemampuan mewujudkan diri sebagai cahaya yang memancarkan terang bagi sesama. Sebaliknya, orang yang selalu menabur bibit kegelapan di hatinya akan menuai kegelapan juga,tak mungkin mengalirkan kata pujian dari hatinya, tak mungkin melahirkan ide-ide cemerlang dalam pikirannya;  dan ia sendiri selalu menjadi sumber kegelapan dan permasalahan bagi orang lain. Inilah tantangan berat bagi setiap orang beriman karena 'menjadi terang' bukan sebuah perkara yang mudah. Sebagaimana halnya terang pertama mengusir kegelapan dan kekacauan bumi di awal mula, demikian terang Kristus mengusir keterpecahan, lalu mempersatukan.
Kehadiran Yesus yang mempersatukan dengan sangat jelas terungkap dalam peristiwa epifania-yakni peristiwa penampak-an Yesus kepada semua bangsa manusia. (Mat.2: 1-12) Kelahiran Yesus ini  sungguh-sungguh menjadi terang, sebab menerangi semua bangsa dari semua suku yang berbeda. Dialah yang membawa keselamatan ilahi kepada bangsa manusia. Dan kedatangan tiga orang Majus dari Timur yang membawa persembahan emas, kemenyan dan mur ini merupakan gambaran Gereja kita saat ini. Gereja Kristus  seharusnya tidak lagi dikotak-kotak oleh perasaan dan identitas suku: semua harus bisa hidup berdampingan seperti ketiga orang Majus dari Timur dan dalam situasi berdampingan inilah manusia dapat memuji Tuhan sambil memberikan persembahannya. Dengan menjadi terang yang menyinari semua bangsa manusia, Kristus mencabut garis batas yang memilah-milah kemanusiaan.
Saudaraku, bagaimana Anda sendiri mengenal Tuhan dan sampai kepada-Nya? Apakah Anda dapat menemukan Tuhan dalam pekerjaan, situasi dan pergolakan hidup Anda sehari-hari? Apa yang harus Anda lakukan agar semakin banyak orang bertemu dengan cinta Tuhan? (Hd.)