Alfonsus lahir di Segovia, Spanyol pada tahun 1531. Ayahnya adalah seorang pedagang kain wol yang tergolong kaya raya di negeri itu. Sementara belajar di Universitas Alkala, ayahnya terkasih meninggal dunia sehingga ibunya terpaksa memanggilnya pulang untuk melanjutkan usaha dagangnya.
Selang beberapa tahun ia menikah dan dikaruniai dua orang anak. Usaha dagangnya yang pada tahun-tahun awal berjalan begitu lancar tanpa masalah serius, lama kelamaan berangsur-angsur merosot dan bangkrut. Istrinya tak terduga jatuh sakit keras lalu meninggal dunia. Lebih dari itu, kedua anaknya pun kemudian menyusul kepergian ibunya. Tinggallah Alfonsus seorang diri dalam bimbingan Tuhan secara rahasia. Meski sangat tragis dan menyayat hati namun Alfonsus menerima segalanya dengan pasrah dan penuh iman.
Lalu Tuhan menggerakkan hati Alfonsus untuk memasuki cara hidup bakti dalam suatu tarekat religius. Pada usia 40 tahun ia memutuskan untuk meninggalkan kehidupan duniawi dan menjadi seorang bruder Serikat Yesus di Valencia, Spanyol. Ia ditempatkan di Kolese Montesion di Palma de Majorca. Di sinilah ia menekuni sisa hidupnya dengan melaksanakan tugas-tugas yang diserahkan kepadanya. Tugasnya sangat remeh dan sepele: membukakan pintu bagi tamu, memberitahu penghuni bila kedatangan tamu dan mengerjakan hal-hal kecil sembari menjaga pintu.
Tuhan yang mengenal baik Alfonsus mengaruniakan kepadanya karunia-karunia istimewa, antara lain ketekunan berdoa dan pengetahuan adikodrati sehingga membuat ia dikenal banyak orang sebagai seorang yang diterangi Allah. Banyak orang datang kepadanya untuk minta nasehat, antara lain St. Petrus Klaver sewaktu masih belajar. Oleh bimbingan Alfonsus, Petrus Klaver akhirnya tertarik untuk membaktikan dirinya bagi kepentingan jiwa orang-orang Negro yang menjadi budak belian di Amerika Selatan.
Cita-citanya adalah melupakan dirinya. Konon, pada suatu upacara besar, semua kursi biara termasuk yang dipakai oleh para biarawan di kamarnya, diangkat ke dalam Gereja. Sehabis upacara, kursi Bruder Alfonsus tidak dikembalikan ke kamarnya. Bruder yang rendah hati itu tidak memintanya juga. Pada tahun berikutnya, ketika akan diadakan lagi upacara besar di Gereja, barulah diketahui bahwa Bruder Alfonsus sudah setahun tidak mempunyai kursi. Pemimpin biara tertegun melihatnya. Ia tidak memberontak karena ia menganggap dirinya seorang pengemis malang yang tidak segan menerima hal-hal yang paling sederhana.
Pengalaman-pengalaman rohaninya dituangkan dalam sebuah tulisan yang menarik atas permintaan atasannya. Setelah menikmati jalan yang ditunjukkan Tuhan kepadanya, ia menghembuskan nafas terakhirnya di Palma de Majorca tahun 1617. Pestanya: 31 Oktober. (Ursula)