RENUNGAN HARI MINGGU BIASA XXVIII

( 17-10-2018 )

Perumpamaan unta melewati lubang jarum dalam Markus 10:17-30 terkesan berlebihan. Oleh karena itu kita perlu melihat latar belakang perumpamaan dalam konteks zaman Yesus.”Lubang jarum” yang dimaksudkan bukan lubang jarum untuk menjahit, tetapi  pintu gerbang yang sangat kecil dan sempit untuk masuk ke dalam kota Yerusalem. Pada zaman Yesus, kota Yerusalem dikeliling oleh benteng untuk berlindung dari musuh.Selain pintu gerbang besar benteng kota, ada pintu kecil yang hanya setinggi satu meter, yang disebut lubang jarum. Pintu gerbang yang sangat kecil dan sempit ini merupakan strategi perang pada jaman itu untuk mempersulit pergerakan serangan musuh sehingga mereka kesulitan masuk kota dan bisa dikalahkan karena masuk satu per satu.
Manusia dengan mudah dapat melewati lubang jarum tersebut. Tetapi ketika binatang unta yang menjadi sarana bagi manusia untuk mengangkut barang, tidak mudah untuk memasuki pintu tersebut. Tidak mudah bukan berarti tidak bisa. Agar unta-unta dapat melewatinya, maka unta-unta itu harus berlutut dan merangkak melaluinya. Semua barang yang berlebihan harus dilepaskan dulu.
Dalam Markus 10:17-30 Yesus menjawab pertanyaan orang muda-kaya yang ingin memperoleh hidup kekal dengan cara  melepaskan kelekatan-kelekatannya pada segala yang bersifat materi, seperti yang diperlukan oleh seekor unta untuk lepas dari bebannya yang berlebihan agar dapat melewati pintu kecil dan sempit yg disebut lubang jarum. Yesus minta kepada orang muda-kaya itu untuk menaruh kepercayaan pada Allah agar dapat masuk ke dalam Kerajaan-Nya, bukannya menaruh kepercayaan pada berkat-berkat dari materi yang dimilikinya.
Saudara-saudari, materi memang diperlukan oleh manusia ketika hidup di dunia. Melalui materi manusia dapat melakukan yang baik maupun yang tidak baik. Bersama perikop ini kita diundang untuk merenungkan peranan materi dalam hidup manusia. Materi dianugerahkan Allah dalam hidup manusia untuk membuat manusia bisa mensyukuri kehidupanNya dan berbuat baik untuk sesamanya. Materi bukan menjadi tujuan yang harus dikejar oleh manusia dengan menghalalkan segala cara. Materi bukan menjadi penyebab pertengkaran antar keluarga, bukan menjadi penghalang dalam kehidupan menggereja. Tetapi materi digunakan dalam hidup manusia untuk mengabdi Allah, menjadi berkat bagi sesama dan berpihak pada kebenaran.
Marilah kita belajar dari unta yang melewati “lubang jarum”.  Apabila kita ingin masuk ke dalam kehidupan kekal, maka kita perlu menanggalkan kesombongan diri, keterlekatan pada materi, menjadi rendah hati dan berlutut dalam doa. Kita sungguh beriman pada kuasa kasih Allah dan mengandalkan masa depan hidup kita pada tuntunan dan didikanNya. Bersama Yesus yang tersalib, kita tanggalkan juga kelemahan kita, keterbatasan kita sebagai manusia. Hanya Yesus-lah yang dapat menebus kita dan membawa kita ke dalam kehidupan yang kekal. Dengan demikian, marilah kita melepaskan diri dari beban-beban dosa dan keterlekatan kita pada materi yang selama ini telah menghalangi pertumbuhan rohani kita. Marilah kita membuat komitmen untuk melakukan pembaharuan hidup kita berasama Yesus setiap hari, mengakui kebutuhan kita akan Dia dan melepaskan segala “keterlekatan” kita yang keliru, yaitu mengandalkan materi dan kemampuan diri kita sendiri. Sehingga segala materi yang kita miliki di dunia ini dapat membawa kita pada kesucian hidup. Marilah kita berjuang terus menuju kesempurnaan yang ada dalam iman kepada Yesus dan menyerahkan diri kepada kuasa-Nya untuk menyelamatkan dan menguduskan kita.                                                RP. Agustinus Dodik Ristanto, CM