HIDUP SEBAGAI MURID KRISTUS YANG SEMAKIN DEWASA DALAM IMAN

( 09-09-2018 )

   “menjadi tua itu sebuah kepastian ... tetapi menjadi dewasa adalah sebuah pilihan …”
    Demikian sering kita dengar orang mengatakan. Maksud pernyataan itu jelas. Setiap orang menjadi semakin tua seiring dengan pertambahan usia dalam tahun hidupnya. Namun pertambahan usia bukanlah sebuah jaminan bahwa seseorang juga otomatis akan menjadi semakin dewasa. Kedewasan akan bertambah hanya jika yang bersangkutan sungguh mengolah hidupnya, bukan sekedar menjalaninya.
1. Dewasa dalam Iman
    Seperti perkembangan kedewasaan pribadi manusia, perkembangan kedewasaan iman seorang murid Kristus terjadi secara bertahap. St. Paulus menceritakan proses kedewasaan imannya dalam bentuk kiasan. Pertama, masa kanak-kanak, saat dia berpikir seperti kanak-kanak, merasa seperti kanak-kanak dan berkata seperti kanak-kanak. Kedua, masa dewasa, saat ia meninggalkan semua sifat kekanak-kanakan dan hidup sebagai orang dewasa (bdk. 1 Kor 13:11). Ada gerak perkembangan kedewasaan dari masa kanak-kanak ke arah masa dewasa. Perjalanan iman seorang kristiani diawali lewat penerimaan Sakramen Baptis. Baptisan menandakan secara eksplisit iman kita kepada Kristus. Inilah awal komitmen kita untuk mengikuti Kristus sebagai murid-Nya. Bersama dengan saudara-saudari seiman, kita pun dihimpun sebagai persekutuan murid-murid-Nya serta diajak untuk tumbuh dan berkembang agar semakin dewasa dalam iman.
    Pembaptisan saja belumlah cukup jika kita ingin bertumbuh semakin dewasa dalam iman. Komitmen awal untuk mengikuti Kristus saat pembaptisan selayaknya senantiasa diolah dan diperjuangkan dalam hidup harian. Kita patut bersyukur karena Kristus tak melepas kita sendirian dalam pergulatan untuk menjadi semakin dewasa dalam iman. Lewat kehadiran Roh-Nya, Kristus senantiasa menyertai proses kedewasaan iman kita, seperti Ia dahulu menyertai para rasul-Nya. Anugerah penyertaan Roh Kudus inilah yang kita terima dalam Sakramen Krisma. Seperti dialami oleh para murid Yesus dahulu, panggilan kemuridan kita adalah ajakan agar kita bertumbuh semakin dewasa dalam iman. Artinya, kita diundang untuk lebih percaya dan memberikan diri kepada Kristus. Ia mengajak kita untuk bersatu dan serupa dengan diri-Nya. Sakramen Krisma sebagai tanda kedewasaan dalam iman mengajak kita untuk berani mewartakan perbuatan-perbuatan besar yang dilakukan Allah (bdk. Kis 2:11), meninggalkan manusia lama yang kekanak-kanakan, membuat sanggup ‘menerima makanan keras’ (bdk. 1 Kor 3:2; Ibr 5:12), serta menjadi ‘garam dan terang dunia’ (bdk. Mat 5:13-16). Semakin orang bertumbuh dalam kedewasaan iman, ia juga akan berpikir dan bertindak sebagai orang yang dewasa dalam iman. Kedewasaan itu bisa dicermati dari segala karakter pribadi yang mencerminkan kedewasaan imannya. Karakter inilah yang sering kita sebut sebagai tabiat, sifat-sifat kejiwaan, akhlak, atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan pribadi lain.
    Dalam hal kedewasaan iman, karakter ini lazim kita sebut sebagai keutamaan. Keutamaan membuat manusia menjadi baik secara pribadi. Dengan kata lain, murid Kristus yang dewasa dalam iman adalah pribadi yang segala tindakan dan perilakunya sehari-hari dibentuk oleh pelbagai keutamaan pribadinya. St. Yakobus merumuskan pengalaman ini saat menyatakan bahwa iman tanpa perbuatan pada hakekatnya adalah mati … karena oleh perbuatan iman menjadi sempurna … (bdk Yak. 2:17.22).
2. Keutamaan
    St. Thomas Aquinas membantu kita untuk memahami apa maksudnya menjadi pribadi yang berkeutamaan. Menurutnya, seorang yang berkeutamaan adalah pribadi yang memiliki kebiasaan terus-menerus untuk melakukan kebaikan (habitus operativus boni). Kebiasaan ini mengalir dari pilihan dasar (optio fundamentalis) yang benar, yakni pilihan luhur yang bertujuan untuk pemuliaan Allah dan perwujudan rencana keselamatan-Nya. Pilihan dasar orang yang dewasa dalam iman tampak dalam keutamaan-keutamaan yang dihidupi dan dilatih terus menerus dalam sikap dan tindakan hidup keseharian. Pendeknya, orang yang dewasa dalam iman adalah orang yang memiliki keutamaan.
    Dalam tradisi ajaran Gereja Katolik ada 7 keutamaan kristiani. Tiga keutamaan pertama dianugerahkan oleh Tuhan sendiri dan disebut sebagai keutamaan teologal : iman, harapan dan kasih. Empat keutamaan lain disebut sebagai keutamaan moral : kebijaksanaan, keadilan, keberanian, dan penguasaan diri. Keutamaan moral harus diupayakan oleh manusia agar pribadinya bertumbuh semakin manusiawi dan semakin sosial guna membangun hidup bersama dengan orang lain agar menjadi lebih baik.
Dalam perspektif ARDAS, empat keutamaan moral ini akan kita gunakan sebagai bantuan untuk merefleksikan kualitas kedewasaan iman kita. Hal ini secara khusus menyangkut sikap dan tindakan kita sebagai perwujudan iman dalam kehidupan bersama orang lain (persekutuan).
3. Tema BKS 2018
    Sebagai bagian persiapan MUPAS, tema Bulan Kitab Suci (BKS) 2018 dirumuskan secara khusus untuk merefleksikan kembali semangat ARDAS. Berbeda dengan tema nasional, tema BKS 2018 untuk Keuskupan Surabaya adalah: Hidup sebagai Murid Kristus yang Semakin Dewasa dalam Iman. Pengolahan tema akan berfokus pada ungkapan Dewasa dalam Iman. Tema ini diuraikan dalam empat pertemuan, masing-masing dengan sub tema yang akan mendalami empat keutamaan moral sebagai berikut:
Pertemuan I :
    Salomo - Teladan Pribadi Bijaksana (1 Raj 3:16-28)
Pertemuan II :
    Kemurahan Hati Pangkal Keadilan (Mat 20:1-16)
Pertemuan III :
    Doa sebagai Sumber Keberanian (Maz 27:1-14)
Pertemuan IV :
    Nasehat Penguasaan Diri  (Yak 4:1-10)
4. Kekhasan Bahan
    Selain tema, kekhasan BKS 2018 bagi Keuskupan Surabaya adalah pilihan teks Kitab Suci yang menjadi bahan pertemuan. Empat perikop yang dipilih dari kekayaan teks Kitab Suci Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru memiliki bentuk sastra yang berbeda untuk setiap pertemuan. Empat bentuk sastra ini adalah: Cerita/Narasi (1 Raja 3:16-28), Perumpamaan (Matius 20:1-16), Doa (Mazmur 27:1-14), dan Surat Pastoral (Yakobus 4:1-10).
    Hal ini dimaksudkan agar pelaksanaan BKS 2018 dapat memperkaya pengetahuan umat tentang kekayaan isi Kitab Suci. Diharapkan pula agar umat dapat mendalami sabda Tuhan dalam kebersamaan (lingkungan/kategorial) sejalan dengan semangat ARDAS.
    Selamat mendalami sabda Tuhan. Semoga pertemuan Bulan Kitab Suci ini membantu kita untuk hidup semakin dewasa dalam iman sebagai murid-murid Kristus.