MENYANTAP TUBUH DAN DARAH KRISTUS?

( 18-08-2018 )



Aneka macam penyakit yang muncul dalam dunia dewasa ini membuat banyak orang mulai memiliki kesadaran untuk menjaga kesehatan mereka. Mulai dari mengatur pola makan, menjaga tingkat stres, berolahraga dengan teratur, melakukan meditasi, mendengarkan musik, hingga berpetualang di alam, menjadi bagian hidup dari orang dewasa ini untuk menjaga kesehatannya. Singkat kata, apa yang kita masukkan ke dalam diri kita akan membentuk diri kita. Jika yang kita masukkan adalah “makanan yang baik” (entah itu makanan jasmani maupun mental ataupun rohani), makanan itu pun akan menjadikan diri kita kian baik.

Keyakinan ini membuat kita semakin mudah guna memahami apa yang disampaikan Tuhan Yesus dalam bacaan hari Minggu ini. Tuhan Yesus berkata, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jikalau kamu tidak makan daging Anak Manusia dan minum darah-Nya, kamu tidak mempunyai hidup di dalam dirimu. Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman. Sebab daging-Ku adalah benar-benar makanan dan darah-Ku adalah benar-benar minuman. Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia. Sama seperti Bapa yang hidup mengutus Aku dan Aku hidup oleh Bapa, demikian juga barangsiapa yang memakan Aku, akan hidup oleh Aku” (ay. 53-57).

Apakah yang Tuhan Yesus memaksudkan para pendengarnya saat itu menjadi kanibal (pemakan sesama spesiesnya)? Jelas, bagi kita saat ini mudah untuk menangkap bahwa Tuhan Yesus tidak memaksudkan demikian. Tuhan Yesus memaksudkan bahwa kita diminta untuk memberikan nutrisi yang baik bagi diri kita. Kita diminta untuk memakan “Tubuh dan Darah” Kristus. Artinya kita diminta untuk memakan seluruh Diri-Nya. Memakan dan meminum seluruh Diri-Nya berarti kita bersatu secara total dengan Yesus, dipenuhi dengan semangat dan visi-Nya. Persis seperti yang dikatakan oleh Paulus, “Aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku” (Gal 2:20).

Tidak hanya itu, memakan dan meminum seluruh Diri-Nya juga berarti kita berbagi secara total akan visi Yesus, ide-ide-Nya, dan nilai-nilai yang selama hidup-Nya dia ajarkan. Kita juga ambil bagian dalam misi-Nya, yakni untuk berbagi kasih dan kehidupan kepada dunia. Kita pun juga berani ambil bagian dalam penderitaan dan kematian-Nya. Kita berani memanggul salib kita masing-masing dan berbagi kesaksian bahwa salib yang kita panggul ini sejatinya adalah sebuah jalan kehidupan.

Memakan Tubuh dan meminum Darah Tuhan Yesus menjadi nyata dalam perayaan Ekaristi. Perayaan Ekaristi menjadi perayaan yang paling lengkap. Kita menyantap Tubuh dan Darah-Nya, kita pun mendengarkan Sabda-Nya. Semuanya itu menguatkan diri kita, memberi kita harapan dalam menjalani kehidupan yang saat ini juga tidak selalu mudah untuk dijalani.(ykc).