EKARISTI MERUPAKAN PERAYAAN SYUKUR

( 18-08-2018 )

   Cari uang sebanyak-banyaknya dan capai prestasi setinggi-tingginya merupakan ciri-khas hidup orang modern. Akibat gaya hidup seperti itu, banyak orang mengalami stres berat dan sakit karena mereka dikejar-kejar oleh macam-macam tuntutan dan kebutuhan. Dan biasanya, cara hidup semacam ini membuat orang sulit berpasrah diri atau mempercayakan diri kepada kuasa Allah. Sebab  orang modern cenderung berpikir jaminan yang pasti; sementara dalam iman, jaminan itu sering tidak terlihat karena semua mengalir pada diri Allah sendiri.
Perayaan Ekaristi sebenarnya mau menyembuhkan orang modern dari penyakit modern ini, yakni sulit percaya, hidup tergesa-gesa, serakah dan memaksa diri untuk berbuat. Akibat yang paling nampak jelas dari penyakit orang modern ini ialah: orang tidak mudah / sulit untuk bersyukur.
Ekaristi, dari kata bahasa Yunani  'eucharistia' berarti pujian-syukur. Bersyukur itulah intisari perayaan Ekaristi. Apa yang disyukuri? Karya Allah yang telah menyelamatkan kita melalui Yesus Kristus Putra-Nya. Dalam iman, kita mengalami bahwa kita ini telah ditebus dan diselamatkan dengan penumpahan darah Kristus, Tuhan kita. Berkat wafat dan kebangkitan-Nya, kita yang tadinya hidup dalam bencana, kini didamaikan kembali dengan Allah, sehingga kita menjadi anak-anak-Nya. Jadi sifat syukur dalam Ekaristi ialah karena Allah yang telah lebih dahulu bertindak dan mengasihi kita.
Sikap suka mengeluh merupakan salah satu tanda orang yang sulit bersyukur. Tidak dipungkiri, memang banyak hal dalam kehidupan ini yang mungkin pantas dikeluhkan. Namun, Ekaristi mau mendorong dan menyadarkan kita bahwa kita sebenarnya pertama-tama mestinya bersyukur. Sebab meski ada yang pantas, tetapi sebenarnya  ada begitu banyak lagi yang pantas kita syukuri. Misalnya: Syukur atas kasih-Nya yang menyelamatkan, syukur atas anugerah hidup selama ini, syukur atas kesehatan yang baik hingga rezeki yang lancar, dan masih banyak lagi yang pantas untuk kita syukuri.
Ekaristi mengingatkan kita bahwa hidup ini telah diselenggarakan dengan baik oleh Allah, dari kita semestinya bersyukur. Bersyukur itu tidak ditentukan oleh jumlah kuantitatif yang kita terima, tetapi sekecil apapun yang kita terima sudah dapat menjadi alasan untuk bersyukur kepada Allah. Hidup penuh syukur nyatanya merupakan bentuk kehidupan yang sehat.
Saudaraku, bagaimana pengalaman hidup Anda dalam merayakan Ekaristi? Mampukah Anda tetap bersyukur, apapun situasi yang saat ini Anda alami? Bersyukurlah kepada Allah dalam perayaan Ekaristi maka Anda akan mengalami betapa agung kasih Allah yang tercurah dalam kehidupan ini.(Hd.)