PERAYAAN EKARISTI

( 12-07-2018 )

Perayaan Ekaristi merupakan sumber dan puncak  seluruh perayaan liturgi dan bahkan seluruh hidup kristiani (bdk. Lumen Gentium 11). Maksudnya dalam perayaan Ekaristi, misteri wafat dan kebangkitan Kristus, yang merupakan sumber seluruh hidup kristiani, dirayakan dengan paling meriah dan paling resmi.
Perayaan Ekaristi adalah Gereja dalam bentuk sakramen. ‘Gereja adalah bagaikan sakramen, yakni tanda dan sarana persatuan mesra dengan Allah dan kesatuan umat manusia’ (LG. 1); rumusan ini juga berlaku untuk perayaan Ekaristi. Maksudnya, perayaan Ekaristi merupakan tanda dan sarana persatuan manusia dengan Allah dan kesatuan antar sesama manusia. Dengan demikian terungkap dua dimensi perayaan Ekaristi, sama seperti Gereja yaitu segi ilahi dan segi insani. Jadi perayaan Ekaristi, tidak hanya menghubungkan masing-masing orang secara pribadi dengan  Allah, tapi juga menjadi ikatan antara umat sendiri. Oleh karena itu partisipasi aktif umat dalam perayaan Ekaristi ini menjadi sangat penting (bdk. Sacrosanctum Consilium.41).
Setiap kali kita mengikuti perayaan Ekaristi, selalu diawali dengan Ritus Pembuka, dan dilanjutkan dengan Liturgi Sabda, kemudian Liturgi Ekaristi, dan diakhiri dengan Ritus Penutup. Keempat bagian ini harus ada dalam setiap perayaan Ekaristi dan urutannya tidak boleh dibolak-balik. Bagian yang paling pokok dari perayaan Ekaristi - untuk menunjukkan kekhasan Ekaristi dengan perayaan liturgi lainnya- adalah Doa Syukur Agung dan Komuni. Tanpa Doa Syukur Agung (DSA) dan Komuni berarti bukan perayaan Ekaristi.
DSA adalah doa ucapan syukur dan doa pengudusan, doa resmi Gereja yang harus didoakan oleh imam-doa presidensial. Imam yang menyampaikan DSA ini atas nama umat kepada Allah Bapa dengan pengantaraan Yesus. Maksud DSA ini adalah agar seluruh umat beriman menggabungkan diri dengan Kristus dalam memuji karya Allah yang agung dan mempersembahkan korban.  
Bagian inti dari DSA ialah konsekrasi. Dengan konsekrasi atas roti dan anggur, terjadilah perubahan substansi roti menjadi substansi Tubuh Kristus dan substansi anggur menjadi substansi Darah Kristus. Inilah yang disebut trans-substansiasi. Adapun perubahan sub-stansial itu terjadi berkat kuasa Roh Kudus dan berkat kuasa Sabda Yesus yang menjanjikan kehadiran Tubuh dan Darah-Nya.
Dalam sebuah perjamuan pesta, inti pesta ditandai makan bersama. Makan bernilai simbolik, yaitu bertemunya hati. Makan bersama menjadi alat penghubung untuk bisa bertemu dan omong dari hati ke hati. Demikian pula dengan Komuni Kudus. Komuni Kudus yang kita sambut menjadi alat penghubung untuk berjumpa dengan seluruh pribadi Kristus sendiri yang hadir dalam bentuk santapan kudus. Karenanya, kita harus menyambut Komuni Kudus dengan sikap penuh iman dan khidmat, agar kita ikut mengalami sendiri seluruh peristiwa penyelamatan Tuhan yang dikenangkan dalam DSA sehingga mendatangkan rahmat, daya penyembuhan dan pembebasan bagi hidup kita sebagai orang beriman.
Sesudah menerima Komuni Kudus, sebaiknya ada waktu hening untuk berdoa, bersyukur secara pribadi atas anugerah-Nya. Kita bersyukur tidak hanya karena santapan surgawi itu saja, tetapi atas seluruh misteri penebusan Kristus yang boleh kita alami dalam perayaan Ekaristi dan seluruh anugerah kehidupan ini sehingga kita juga dapat melayani dan mengabdi sesama kita dalam kehidupan sehari-hari yang rutin. Maka sesudah perayaan Ekaristi, mestinya kita hidup penuh sukacita dalam damai, karena kita memperoleh apa yang paling dibutuhkan dalam hidup, yakni kedamaian. Uang, harta, kesehatan, kehormatan, karier dapat hilang dan rusak. Akan tetapi, kedamaian hati yang dari Allah  tidak akan hancur.
Saudaraku, sesungguhnya makna apa yang Anda peroleh dan rasakan serta alami, setiap kali mengikuti perayaan Ekaristi dan menyambut Komuni Kudus?  
Selamat Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus. (Hd)