RELASI KASIH ALLAH TRITUNGGAL

( 01-07-2018 )

     

“Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus,  dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.”
Itulah yang dikatakan Tuhan Yesus kepada para murid. Tuhan Yesus sama sekali tidak memberi penjelasan mengenai Allah Tritunggal. Mungkin kalau juga dijelaskan tidak ada satu pun dari kita yang bisa paham akan hal ini. Yesus hanya mengatakan “Aku dan Bapa adalah satu” (Yoh 10:30). Dari dua kutipan di atas, hanya ini yang kita ketahui bahwa Bapa, Anak dan Roh Kudus itu setara. Mereka semua adalah satu Allah dengan tiga pribadi yang berbeda.
Sementara itu, dari bacaan Injil pada perayaan Pentakosta Minggu yang lalu kita menjadi paham bahwa Roh Kudus adalah hasil dari relasi dari Allah Bapa dan Tuhan Yesus. Maka dari sini kita diberi warisan berharga oleh Tuhan Yesus dalam memahami siapa Allah kita, Allah Tritunggal, yakni Allah kita, Allah Tritunggal ialah Allah Kasih. Kalau pun aktivitas utama di antara ketiganya ialah membangun relasi kasih. Relasi kasih inilah yang melahirkan aneka macam hal baik bagi manusia dan dunia.
Jika kita mencermati bacaan II pada hari ini, di sana tertulis Paulus berkata bahwa berkat Roh kita dapat menyebut Allah sebagai “Abba”, Bapa, dan bersatu dengan Kristus, Putera Allah, kita juga menjadi ahli waris Allah. Relasi dengan Allah Tritunggal pada akhirnya membawa kita menjadi ahli waris Kerajaan Allah.
Dengan demikian kita seakan-akan sedang dihantar kepada sebuah kebenaran ini. Bahwa memahami Allah Tritunggal itu bukan dari pikiran. Bukan dari logika ketat sebagaimana kita dapatkan di dalam persekolahan. Memahami Allah Tritunggal hanya mungkin melalui pergulatan bersama, melalui relasi kasih dengan Allah dan sesama. Mungkin ini menjadi sangat dekat dengan falsafah orang Jawa yang berkata, “Ngelmu iku kalakone kanthi laku (Berilmu itu dicapai melalui mengalami).”
Tak perlu dan tidak mungkin bagi kita untuk dapat memahami sepenuhnya rahasia Tritunggal Mahakudus. Lebih tepatlah kita semua mengucapkan rasa syukur dan berterima kasih kepada Allah: Bapa, Putera dan Roh Kudus, yang dalam kasih-Nya senantiasa menyertai langkah hidup kita, baik apabila kita mengalami masa sulit, maupun bila merasakan masa gembira dan bahagia dalam hidup.
Bagaimana itu dapat kita laksanakan? Pada dasarnya sebenarnya jelas dan pasti: Mari kita bersikap, berpikir, hidup dan bertindak sesuai dengan ajaran dan perintah Allah Tritunggal, seperti diajarkan dan dilaksanakan oleh Yesus sendiri sebagai Putera Allah tanpa syarat! Mari kita jadikan diri kita sebagai insan kasih. Sebab hanya dengan demikian kita menjadi pantulan yang paling jelas dari kehadiran Allah Tritunggal di dunia ini. (Johan, CM)