Inter Mirifica adalah keputusan yang dibuat pada Konsili Vatikan II dan diresmikan pada 4 Desember 1963 oleh Paus Paulus VI, yang bertujuan untuk mengatasi keprihatinan dan masalah komunikasi sosial.
Inter Mirifica mengidentifikasi komunikasi sosial sebagai pers, bioskop, televisi dan media komunikasi lainnya. Dalam dokumen Gereja Katolik, istilah Komunikasi Sosial umum dipakai untuk merujuk pada media atau media massa.
Setiap tahun, Gereja memperingati Hari Komunikasi Sedunia. Hari Minggu Komunikasi Sedunia lahir berdasarkan Inter Mirifica dan dirayakan satu minggu sebelum Hari Raya Pentakosta. Pada peringatan Santo Fransiskus dari Sales, pelindung Komunikasi Sosial, Paus Fransiskus mengeluarkan pesan untuk Hari Komunikasi Sedunia ke-52 yang diperingati pada tanggal 13 Mei 2018, dengan tema : “Kebenaran akan memerdekakan kamu” (Yoh.8:32). Berita Palsu dan Jurnalisme untuk Perdamaian.
Tema yang dipilih Paus Fransiskus terkait dengan ‘fake news’ atau berita bohong, yakni penyebaran informasi tidak benar yang menyuburkan polarisasi pendapat yang kuat dalam masyarakat. “Seringkali mencakup pemalsuan fakta, yang mempengaruhi sikap pada tingkat individu dan kolektif.” Tema ini digemakan dalam Pesan Sri Paus untuk Hari Komunikasi Sedunia yang disampaikan pada tanggal 24 Januari 2018 silam, pada pesta St. Fransiskus de Sales, pelindung para jurnalis.
Dalam pesannya, Sri Paus menyerukan “jurnalisme untuk perdamaian” sebagai tanggapan atas ancaman hoax (berita palsu), yang “berkembang tanpa konfrontasi sehat dengan sumber informasi lainnya.” Maraknya berita bohong yang menjejali media menjadi keprihatinan bersama yang harus dilawan. Media dilawan dengan media. Untuk itu, Sri Paus mengajak untuk mengawal kepastian sumber berita yang akurat dan mengkomunikasikannya. Hal ini menjadi sarana nyata untuk mewartakan kebaikan, membangkitkan kepercayaan, dan sekaligus membuka jalan menuju persekutuan dan perdamaian, menyerukan “jurnalisme untuk perdamaian” sebagai tanggapan atas ancaman hoax (berita palsu), yang “berkembang tanpa konfrontasi sehat dengan sumber informasi lainnya.” Pesan Paus untuk hari komunikasi dunia tersebut juga mengusulkan refleksi atas penyebab dan konsekuensi logis dan kesalahan informasi di media dan mencoba untuk membantu mempromosikan jurnalistik yang profesional yang selalu mencari kebenaran, menekankan jurnalistik damai yang mempromosikan saling pengertian antara sesama manusia sehingga tercipta perdamaian dan pemahaman di dunia.
Perdamaian adalah berita yang benar
Penangkal terbaik terhadap kebohongan bukanlah strategi, tetapi orang: orang yang tidak tamak tetapi siap mendengarkan, orang yang berusaha terlibat dalam dialog yang tulus sehingga kebenaran bertumbuh; orang yang tertarik oleh kebaikan dan bertanggung jawab terhadap cara mereka berbahasa. Jika tanggungjawab adalah jawaban terhadap penyebaran berita palsu, maka tanggung jawab berat berada pada pundak mereka yang pekerjaannya adalah menyiapkan informasi, yakni para jurnalis, pelindung berita. Dalam dunia sekarang ini, profesi merekalah, dalam segala pengertian, bukan sekadar sebuah pekerjaan, itu adalah sebuah misi. Di tengah hiruk pikuk makan dan mencari makan, mereka harus mengingat bahwa jantung informasi bukanlah kecepatannya diberitakan, atau pengaruhnya terhadap audiens, tetapi pribadi-pribadi. Menginformasikan orang lain berarti membentuk mereka; itu berarti bersentuhan dengan kehidupan orang lain. Itulah alasan mengapa memastikan akurasi sumber dan melindungi komunikasi adalah sarana yang nyata untuk mempromosikan kebaikan, melahirkan kepercayaan, membuka jalan bagi persekutuan dan perdamaian.
Maka dari itu, saya mengundang setiap orang untuk mempromosikan jurnalisme perdamaian. Dengan itu, saya tidak memaksudkan bentuk jurnalisme sakarin (manis) yang menolak mengakui adanya masalah-masalah serius atau noda-noda sentimentalisme. Sebaliknya saya memaksudkan suatu jurnalisme yang jujur dan bertentangan dengan kebohongan, slogan-slogan retoris, dan headline (judul berita) sensasional. Suatu jurnalisme yang diciptakan oleh manusia untuk manusia, yang melayani semua, terutama mereka—dan mereka adalah mayoritas di dunia kita—yang tidak bersuara. Suatu jurnalisme yang tidak terlalu berkonsentrasi pada penyampaian/warta berita (breaking news) daripada eksplorasi sebab-sebab mendasar konflik-konflik, untuk membangkitkan pemahaman yang lebih mendalam dan menyumbangkan resolusi dengan menerapkan proses-proses yang bijak. Suatu jurnalisme yang berjuang menunjukkan alternatif terhadap pertengkaran (shouting matches) dan kekerasan verbal.
Untuk tujuan ini, dengan mengambil inspirasi dari sebuah doa Fransiskan, kita dapat berpaling kepada Kebenaran secara pribadi.
Tuhan, jadikanlah kami sarana damai-Mu
Bantulah kami mengenali kejahatan tersembunyi dalam komunikasi yang tidak membangun persekutuan.
Bantulah kami untuk menghapus racun dari penilaian-penilaian kami.
Bantulah kami untuk berbicara tentang orang lain sebagai saudara dan saudari kami.
Engkau benar dan dapat diandalkan; semoga kata-kata kami menjadi benih-benih kebaikan bagi dunia:
di mana ada keributan
bantulah kami untuk belajar mendengarkan;
di mana ada kebingunan
jadikanlah kami menginspirasi harmoni;
di mana ada ambiguitas,
jadikanlah kami pembawa kejelasan;
di mana ada pengucilan,
jadikanlah kami pembawa solidaritas;
di mana ada sensasionalisme,
jadikan kami pembawa ketenangan hati;
di mana ada superfisialitas,
biarkanlah kami mengajukan pertanyaan nyata;
di mana ada prasangka,
biarkan kami membangun kepercayaan;
di mana terjadi permusuhan,
jadikan kami pembawa rasa hormat;
di mana ada kepalsuan,
jadikan kami pembawa kebenaran.
Amin.