Mengapa bulan Mei disebut bulan Maria? Pertanyaan ini tentu tidak begitu penting bagi sebagian umat karena berdasarkan tradisi yang turun temurun bahwa ketika tiba bulan Mei di gereja-gereja paroki diadakan doa rosario sebelum perayaan Ekaristi. Tidak ketinggalan juga di lingkungan-lingkungan atau komunitas-komunitas basis Gereja mengadakan doa rosario setiap malam secara bergilir dari satu rumah ke rumah yang lain. Namun meskipun demikian mari kita telusuri sejarahnya.
Di daerah yang memiliki empat musim bulan Mei merupakan permulaan musim semi atau disebut juga sebagai permulaan kehidupan. Sejak abad ke-13, bulan Mei sudah diwarnai dengan devosi kepada Bunda Maria. Dan sejak tahun 1700-an bulan Mei sebagai bulan Maria dipopulerkan oleh para imam Yesuit yang kemudian menyebar ke seluruh dunia.
Pada tahun 1809, Paus Pius VII ditangkap oleh para serdadu Napoleon, dan dipenjara. Di dalam penjara, Paus memohon dukungan doa Bunda Maria, agar ia dapat dibebaskan dari penjara. Paus berjanji bahwa jika ia dibebaskan, maka ia akan mendedikasikan perayaan untuk menghormati Bunda Maria. Lima tahun kemudian, pada tgl. 24 Mei, Bapa Paus dibebaskan, dan ia dapat kembali ke Roma. Tahun berikutnya ia mengumumkan hari perayaan Bunda Maria, Penolong umat Kristen. Demikianlah devosi kepada Bunda Maria semakin dikenal, dan ketika Paus Pius IX mengumumkan dogma “Immaculate Conception/Bunda Maria yang dikandung tidak bernoda” pada tahun 1854, devosi bulan Mei sebagai bulan Maria akhirnya dikenal Gereja universal.
Paus Paulus VI dalam surat ensikliknya, the Month of Mary mengatakan, “Bulan Mei adalah bulan di mana devosi umat beriman didedikasikan kepada Bunda Maria yang terberkati,” dan bulan Mei adalah kesempatan untuk “penghormatan iman dan kasih yang diberikan oleh umat Katolik di setiap bagian dunia kepada Sang Ratu Surga. Sepanjang bulan ini, umat Kristen, baik di gereja maupun secara pribadi di rumah, mempersembahkan penghormatan dan doa dengan penuh kasih kepada Bunda Maria dari hati mereka. Pada bulan ini, rahmat Tuhan turun atas kita… dalam kelimpahan.” (Paus Paulus VI, The Month of May,1).
Catatan dari Komisi Liturgi Keuskupan Surabaya:
Bulan Mei adalah Bulan Maria 2018 mempunyai tema yang dikhususkan sebagai salah satu rangkaian persiapan Musyawarah Pastoral 2019: "Bersama Bunda Maria Mengembangkan Persekutuan Murid-Murid Kristus"
Tema ini akan kita dalami selama Bulan Mei 2018 dalam lima kali pertemuan dengan sub-tema sebagai berikut:
1. Pertemuan I : “Menjadi Hamba Allah”
Dalam pertemuan pertama yang mengacu pada Injil Lukas 1:26-38 ini, kita diajak untuk meneladani ‘spirituali-tas’ iman Maria sebagai hamba Tuhan yang siap sedia bekerja sama mewujudkan rencana dan kehendak Allah dalam mengembangkan persekutuan murid-murid Kristus di lingkungan.
2. Pertemuan II : “Hidup Berpusat Pada Kristus”
Dalam pertemuan ke dua yang mengacu pada Injil Lukas 2:41-52 ini, kita diajak untuk menimba kekuatan dalam mengembangkan hidup persekutuan murid-murid Kristus di lingkungan bersama Bunda Maria dengan berpusat pada Kristus.
3. Pertemuan III :
“Maria, Bunda Persekutuan Murid-Murid Kristus"
Dalam pertemuan ke tiga yang mengacu pada Injil Lukas 8:19-21 ini, kita diajak untuk mentaati dan melaksanakan kehendak Allah agar hidup persekutuan murid-murid Kristus di lingkungan dan stasi semakin berkembang; sebagaimana sikap iman Bunda Maria yg taat melaksanakan kehendakNya.
4. Pertemuan IV :
“Meneladani Bunda Maria Yang Peduli dan Terlibat di Masyarakat"
Dalam pertemuan ke empat yang mengacu pada Injil Yohanes 2:1-11 ini, kita diajak untuk meneladani sikap Bunda Maria yang peka dan peduli terhadap situasi dan kondisi yang ada di masyarakat; serta terlibat dengan tindakan nyata sebagai indikasi berkembang-nya persekutuan murid-murid Kristus
5. Pertemuan V : “Setia sampai di Bawah Salib"
Dalam pertemuan ke lima yang mengacu pada Injil Yohanes 19:17-27 ini, kita diajak untuk berdiri dan berjalan terus dalam kesetiaan dan ketaatan pada kehendakNya serta rela berkorban dalam mengembangkan hidup persekutuan murid-murid Kristus.
BULAN LITURGI NASIONAL
Pada setiap bulan Mei, selain kita menghormati Bunda Maria secara khusus, juga mengadakan Bulan Liturgi Nasional (BLN). Awalnya tahun 2002 Komisi Liturgi KWI mengadakan Pekan Liturgi Nasional. Selanjutnya mulai tahun 2003 Pekan Liturgi itu dijadikan Bulan Liturgi Nasional. Pada tahun 2018 ini Komisi Liturgi KWI mengajak kita untuk mengisi Bulan Liturgi Nasional dengan memperdalam ‘Nyanyian Liturgi Perkawinan’. Kita diajak bersama-sama mengenal lebih dalam Musik dan Nyanyian Liturgi Perkawinan.
Catatan dari Komisi Liturgi Keuskupan Surabaya:
Bulan Mei adalah Bulan Liturgi Nasional (BLN). Diharap-kan supaya Liturgi mendapat perhatian khusus selama bulan Mei: dialami, dirancang, disiapkan, dan dilaksanakan dengan lebih baik. Untuk kegiatan pendalaman liturgi, kita dapat memanfaatkan bahan-bahan yang disiapkan Komisi Liturgi Keuskupan Surabaya:"Nyanyian Liturgi Perkawinan".
.