GEMBALA BERHATI YESUS

( 17-05-2018 )

     

Hari ini dikenal umum sebagai hari “Minggu Gembala yang Baik.” Juga dikenal sebagai hari Minggu Panggilan, dimana kita semua diajak secara khusus berdoa untuk panggilan baru dan para imam yang memimpin komunitas Gereja kita.
Gembala dan domba adalah alegori atau gambaran bersetting kebudayaan daerah padang rumput dan berkesan kuno. Akan tetapi pola relasi gembala dan domba adalah figur yang tak habis kita timba inspirasinya hingga saat ini.
Relasi Personal dan Menyelamatkan
Di dunia modern Australia banyak penggembala menggembalakan domba-dombanya dari atas punggung kuda. Dengan demikian jika seekor domba hilang, besar kemungkinan tidak akan tahu.  Sementara gembala di Timur Tengah, yg digambarkan di kitab suci, memiliki hubungan yang jauh lebih erat dengan ternaknya karena sedikit jumlahnya. Dia akan membawa mereka ke padang rumput setiap hari dan menghabiskan waktunya bersama mereka. Pada malam hari gembala akan membawa domba-dombanya kembali ke tempat tertutup dimana mereka aman dari serangan hewan pemangsa. Sang gembala mengenal tiap-tiap dombanya dan akan segera tahu apabila seekor daripadanya hilang.
Gembala menjadi lebih pas lagi dipakai untuk menggambarkan keberpihakan dan peran Yesus. Dalam injil Markus misalnya, Yesus tergerak hatinya oleh rasa iba karena orang banyak adalah “seperti domba tanpa gembala” (Markus 6:35). Implikasinya tentu saja, Yesus mengambil peran itu dan dengan tegas ia menjawab kritik orang Farisi bahwa dia bergaul dengan para pendosa dan orang-orang yg tidak bersih. Yesus menceritakan perumpamaan tentang gembala yang dengan rela mencari kemana-mana dombanya yang hilang,  untuk memanggulnya pulang (Lukas 15: 3-7).  
Belajar dari kitab Yehezkiel kita menemukan kontras antara gembala yang baik dan tidak baik. Gembala-gembala Israel dikutuk karena berkhianat dari tanggung jawab mereka, dan Tuhan sendiri berjanji untuk mengambil alih ternaknya. Yesus dalam Injil Matius lebih garang lagi, menyebut nabi-nabi palsu sebagai serigala berbulu domba. Ada banyak persamaan dalam bagian ini dengan injil hari ini. Gembala yang jahat menggemukkan diri mereka sendiri dengan mengorbankan domba-dombanya. Ternaknya dibiarkan sendirian pergi kemana-mana sehingga menjadi mangsa serigala yang buas.
Tuhan yang penuh belas kasihan berjanji untuk pergi mengumpulkan dombanya dan membawa mereka kembali ke padang yang subur. Dengan penuh belas kasih terhadap mereka, umat Tuhan “akan tahu bahwa Aku, Tuhan Allah mereka, menyertai mereka dan mereka, kaum Israel adalah umat-Ku.. dan kamu adalah domba-domba-Ku, domba gembalaan-Ku, dan Aku adalah Allahmu, demikian sabda Tuhan Allah” (Yehezkiel 34: 30-31). 
Mengantar Pada Kepenuhan Hidup
Banyak peringatan dari Yesus disini harus dibaca dalam konteks cerita tentang orang buta dalam Bab 9. Disini Yesus mengutuk kebutaan orang-orang Farisi sebagai pemimpin agama yang sama sekali tidak pantas untuk membawa manusia kepada Tuhan. Mereka bukanlah gembala yang baik dan mereka menolak masuk melalui Pintu.
Perumpamaan ini berakhir dengan salah satu sabda Yesus yang paling indah: “Aku telah datang supaya mereka memperoleh hidup dan sampai kepada kepenuhannya.” Untuk mengikuti Yesus bukan berarti mesti kelihatan takut, hidup setengah-setengah, hidup yang dipenuhi dengan peringatan “Jangan!”. Namun mengikuti Yesus adalah supaya menjalani hidup kemanusiaan kita sampai ke kepenuhan terbesar. Sebagaimana seorang penulis menggambarkannya, “Injil adalah suatu pernyataan tentang bagaimana hidup manusia harus dijalani sebaik-baiknya.”
Dipanggil Untuk Melayani
Hari ini adalah Minggu Panggilan. Jelas sekali bahwa gereja kita saat ini sedang membutuhkan gembala-gembala yang baik, yang berkomitmen sepenuhnya terhadap Jalan Yesus. Hari ini kita diminta untuk berdoa terutama supaya umat Kristiani senantiasa hidup akrab-erat dengan Yesus, berani berkomitmen untuk menggembalakan sesama, mengantarkan sesama pada sumber-sumber kehidupan sejati yang memenuhkan kehidupannya.
Renungkan bagaimana kita akan memberi rumput hijau pada kaum muda di era modern ini.Bagaimnana kita bisa menunjukkan jalan hidup sempurna, bahkan kalau harus disempurnakan dengan penyerahan diri sebagai imam-rohaniwan-rohaniwati.  Bagaimana kita bisa terus terlibat dalam pelayanan penggembalaan umat. Bagaimana kita menjamin pertumbuhan iman sampai menjadi gembala berhati seperti hati Yesus.
Ignatius Suparno, CM