PERJALANAN IMAN ABRAHAM DAN ORANG KRISTEN

( 18-04-2018 )

     

Bacaan pertama Kitab Kejadian menggambarkan perjuangan iman Abraham. Iman menuntut penyerahan utuh. Abraham berani berbuat demikian. Dalam kisah ini peranan Iskak penting sekali dan Iskak sendiri memikul kayu untuk kurban dirinya.
Iman menuntut sikap sedia menyerahkan diri bagi Allah. Hal ini sudah disadari pula oleh orang kafir bila mereka mempersembahkan korban “orang” dan persembahan darah. Binatang itu menggantikan “nasib manusia”. Dalam Islam sikap Abraham itu dijunjung tinggi. Orang “muslim” adalah orang yang menyerahkan diri utuh kepada Allah. Tentu hal ini juga berlaku bagi orang kristen.
Allah menyediakan tantangan bagi orang yang percaya kepada Nya. Orang yang beriman bukanlah orang yang bisa enak-enak saja dalam kehidupan. Orang beriman memang orang yang harus berjuang, mencintai Allah dalam situasi hidupnya yang konkrit. Dengan demikian orang beriman tidak bisa berpangku tangan belaka dalam kehidupan ini. Resiko dari akibat penyerahan itu harus ditanggung. Dan tanggungan ini sering mengejutkan pula (bdk.Yer 20:7-9). Salib yang harus disandang orang kristen sebetulnya harus dipahami dari segi ini. Hanya dengan iman salib dan tantangan hidup bisa dipahami dengan penuh arti. Karena di dalam Iman itu akhirnya disadari, Allah tetap setia berkarya dan mengasihi manusia dalam peristiwa yang muram itu juga.
Seandainya Abraham tidak berusaha sampai titik akhir perjuangan imannya, maka imannya tidak mendapat pembenaran. Ini menjadi jelas dari seruan berkat yang tercantum di situ. Akhirnya janji itu baru dipenuhi kemudian. Masa depan juga menjadi milik masyarakat manusia. Iman mereka dibenarkan oleh masa depan mereka. Selama masih dalam perjalanan, mereka sebetulnya tidak bisa memberi “bukti” atas Iman mereka, mereka hanya bisa memaklumi, mengakui demikian seperti adanya. Tidak bisa lain.
Orang Kristen adalah generasi penerus Iman Abraham. Hal ini disadari oleh S. Paulus (lih. Rm 4:18-25). Sejarah hidup Kristen diawali oleh sikap iman yang merupakan sapaan Allah di dalam pribadi Yesus Kristus. Yesus Kristus yang menjadi pola berpikir, berusaha, berperasaan, berjuang sampai akhir, menentukan sikap iman kita. Hanya karena terlibat dalam hidup Yesus Kristus itu kita beriman Kristen, yaitu menyerahkan diri dan hidup serta perjuangannya untuk menjawab Allah yang mengasihi manusia di dalam sejarahnya.
Kristus dalam masa Prapaska ini bukanlah Kristus dari masa lalu, melainkan Kristus yang hidup. Kristus yang mengisi masa depan manusia. Kristus yang berani menderita. Kristus yang membangun diri manusia menjadi manusia sempurna. Hidup Kristus adalah pola hidup Kristen. (Rm J. Widajaka CM)