KEDAMAIAN SEJATI

( 17-04-2018 )

Kedamaian adalah suasana hati dan jiwa kita. Kedamaian adalah realitas hati dan jiwa kita.  Dengan menyelami lubuk hati kita yang terdalam, kita merasakan di sana Allah bersemayam, Allah begitu dekat dengan kita. Santo Agustinus mengatakan: 'Intimus in intimo meo'  Maksudnya, Tuhan lebih dekat dalam diriku, Allah beserta kita. Dengan demikian kedamaian berarti menghayati waktu bersama Allah.
Karenanya, kedamaian dapat dirasakan orang di dalam berbagai macam situasi. Rasa damai dapat dinikmati oleh seorang ibu yang menyusui bayinya; atau oleh keberanian seorang saat mengatakan, 'Saya minta maaf' ; atau saat seorang mendengarkan burung-burung berkicau. Kedamaian ternyata ada di mana-mana.
Apakah kedamaian juga dapat dirasakan dalam keadaan menderita? Dapat juga, karena Allah pun hadir di mana-mana, entah dalam kemalangan, kelaparan, kemiskinan, penyakit, penderitaan apa pun, orang dapat  merasakan adanya kedamaian. Kedamaian adalah cita-cita kita setiap hari, entah  situasi, keadaan atau di mana pun kita berada. Di mana ada kedamaian, di sana Allah berada. Kedamaian adalah suatu misteri.
Kedamaian menurut iman kristiani tidak semata mata terbatas pada ketenangan jiwa secara pribadi saja, melainkan mempunyai relasi penuh cinta baik kepada Allah maupun kepada sesama. Cinta kepada Allah dan kepada sesama adalah satu. Tidak boleh terjadi seorang beriman merasa diri mencintai      Allah, namun membenci sesamanya. Atau sebaliknya, merasa mencintai sesama, namun membenci Allah pencipta semua manusia.
Yesus pernah bersabda, "Kasihilah musuhmu, berbuat baiklah kepada orang yang membenci-mu, minta berkatlah dari Allah untuk orang yang mencaci kamu". Nasehat Yesus ini seakan-akan mustahil untuk dilaksanakan begitu saja, karena bertentangan dengan logika berpikir manusia pada umumnya. Tetapi dalam kenyataan, banyak orang yang justru mencintai musuhnya, karena musuhlah yang dapat menunjukkan kesalahan-kesalahannya. Tiada manusia yang tanpa dosa. Itu berarti tiada musuh yang benar-benar musuh. Jadi orang kristiani yang sejati sebenarnya tidak mempunyai musuh. Yesus pernah bersabda,"Jikalau kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah jasamu? Hendaklah kamu sempurna seperti Bapamu di surga sempurna adanya." Maksudnya mengasihi orang yang mengasihi kita itu biasa, sedangkan tetap mengasihi orang yang menbenci kita, inilah yang ilahi, yang datangnya dari kuasa Allah. Alangkah bijaksananya bila kita menerima sesama sebagai saudara dari satu bapa yang sama, yaitu Allah. Sikap inilah yang mengantar kita dan sesama pada kedamaian sejati.
Jadi kedamaian sejati yang berasal dari yang ilahi ini akan tercipta bila kita memiliki tiga keutamaan teologal dalam iman kristiani yaitu iman, harapan dan kasih. Iman memiliki segi masa lampau. Sedangkan harapan berdemensi masa depan. Namun, iman dan harapan akan tanpa arti bila tiada cinta kasih, karena cinta adalah aktualisasi dan realisasi dari iman. Dan cinta pula yang mengarahkan iman itu dalam kesetiaan menuju masa depan. Maka, cinta sungguh merupakan dinamika dari  iman, yang mengantisipasi kepada hidup yang lebih indah, lebih baik, lebih dewasa, lebih bahagia dan lebih sempurna. Dengan demikian, iman kita akan selalu aktual dan relevan, tidak dapat dikatakan ketinggalan zaman. Hidup dalam cinta menuju masa depan yang penuh harapan itu bagi kita adalah hidup dalam Kristus Yesus, karena Yesus ada dalam Allah dan Allah adalah cinta. Kesanalah masa depan menuju kedamaian yang sejati bagi semua umat beriman.
Saudaraku, semoga kedamaian sejati bersama Kristus benar-benar meresap sampai ke sendi-sendi kehidupan Anda, sehingga Anda mampu menjadi 'terang' dan 'garam' yang mengantar sesama menemukan harapan menuju kedamaian sejati.  Sadarkah Anda bahwa kedamaian sejati itu ada di dalam hati Anda yang menyatu dengan Kristus?  Maka kedamaian sejati milik Anda. (Hd.)