"Biarkanlah anak-anak itu datang kepada-Ku, jangan kamu menghalangi mereka sebab orang seperti inilah memiliki kerajaan Surga" (Mat.19:14) Don Bosco menyayangi anak-anak sebab mereka memancarkan sikap ke-tergantungan yang menimbulkan belas kasihan. Kita harus bersikap seperti anak-anak yaitu merasa tergantung kepada Tuhan.
Yohanes Don Bosco lahir pada tgl. 16 Agustus 1815 di desa Turino, Italia, anak keluarga petani miskin. Ayahnya sudah meninggal ketika ia masih kecil. Ia membantu ibunya untuk menggembalakan ternak. Pekerjaan itu memberi kesempatan kepadanya untuk merenung dan berdoa. Ia anak yang periang, pandai bergaul dan kepribadiannya sangat menarik. Sopan santun dan disiplinnya sangat tinggi walaupun teman-temannya berkelakuan jelek.
Ia bersekolah dengan rajin sambil bekerja untuk membiayai sekolahnya. Kemudian ia masuk seminari dan ibunya mendoakannya dengan tekun. Akhirnya ia berhasil ditahbiskan menjadi imam, pada tanggal 5 Juni 1841.
Sebagai seorang imam, Don Bosco sangat rajin mengumpulkan dan membina anak-anak dan kaum muda. Ia tinggal di kampung miskin di Turino. Ia berhasil membina para gelandangan berkat bimbing-an seorang saleh Yosef Cafaso. Don Bosco adalah seorang pendidik yang ulung; tanpa kekerasan; memahami jiwa anak-anak dan mengikut-sertakan mereka dalam bekerja dan saling mendidik. Jumlah anak asuhnya menjadi semakin banyak. Mereka mendapat pendidikan umum dan kerohanian. Ia pun tiada lepas dari kesukaran-kesukaran, terutama dalam mencari biaya untuk usaha cinta kasih tersebut. Dari sekian anak asuhnya, ada seorang yang menjadi kudus ialah St. Dominikus Savio.
Don Bosco mendirikan Kongregasi Selesian yang diambil dari contoh teladan St. Fransiskus de Sales untuk membantu usaha sosialnya. Kongregasi itu kini tersebar luas ke seluruh dunia dengan berbagai kegiatan, pendidikan dan rumah sakit. Para gadis terlantar juga tak luput menjadi perhatiannya. Maka ia pun mendirikan pula Kongregasi Suster-suster Putri Maria, Pembantu orang Kristen.
Pada saat-saat terakhir hidupnya, ia menyampai-kan pesan indah ini: "Katakanlah kepada anak-anakku, aku menanti mereka di surga!" Akhirnya, pada tanggal 31 Januari 1888 ia pun wafat, pada usia 72 tahun sebagai pahlawan Kristus, pembela kaum muda. Pada tanggal 2 Juni 1929, ia dinyatakan sebagai 'Beato' dan pada tanggal 1 April 1934, ia digelari 'santo' oleh temannya Paus Pius XI (1922-1939)