MISTERI EKARISTI -tanda kehadiran yang menyelamatkan-

( 19-03-2018 )

Ekaristi adalah tanda kehadiran Kristus karena melalui santapan Ekaristi manusia dipersatukan secara utuh tak terpisahkan dengan Kristus penyelamat. Kebenaran ini bermula pada  Perjamuan Terakhir, malam yang kudus, saat Yesus akan diserahkan. Ia mengadakan kurban Ekaristi Tubuh dan Darah-Nya. Dengan itu Yesus Kristus meng-abadikan kurban salib sepanjang segala abad sampai Ia datang kembali. Dari titik ini, kepada Gereja, Kristus mempercayakan peringatan akan wafat dan kebangkitan-Nya sebagai sakramen cinta kasih, tanda kesatuan, ikatan cinta. Dalam perjamuan ini, kita dipenuhi rahmat dan diberi jaminan kemuliaan yang akan datang. Kita mengalami dan menerima penyelamatan yang asalnya dari Allah.
    Ekaristi sebagai tanda kehadiran Kristus yang menyelamatkan ini terwujud di kala umat dibentuk dalam persekutuan beriman. Dengan demikian Ekaristi adalah milik Gereja yang paling berharga dalam menapaki ziarah hidupnya. Ekaristi adalah tindakan Kristus sendiri bersama umat Allah yang tersusun secara hirarkis. Baik bagi Gereja universal dan Gereja partikular, maupun bagi setiap orang beriman, Ekaristi menjadi pusat seluruh kehidupan kristen. Misteri Ekaristi mendapat nilai yang paling tinggi karena di dalamnya terletak puncak karya  Allah yang menguduskan dunia, dan puncak karya manusia yang memuliakan Bapa lewat Roh Kudus. Ekaristi adalah tanda kehadiran Kristus karena melalui santapan Ekaristi manusia dipersatukan secara utuh tak terpisahkan dengan Kristus penyelamat. Karena itulah, Ekaristi memiliki daya kekuatan yang melampaui daya dan kekuatan manapun dalam ziarah hidup Gereja.
    Apabila kita ingin menemukan kembali seluruh kekayaan kedalaman hubungan Gereja dengan Ekaristi, kita tidak boleh melupakan komunitas perdana yang sangat setia kepada "pemecahan roti" (Kis.2:42). Gereja terpanggil juga untuk me-lakukan sesuai dengan perintah-Nya di akhir perjamuan: "Lakukanlah ini sebagai kenangan akan Daku!" Lewat misteri ini, Ia memberikan kepada umat beriman peringatan Paskah yang hidup, sehingga menjadi 'roti hidup'. Kematian dan kebangkitan Kristus dihadirkan kembali dalam Ekaristi; Ekaristi lahir dari misteri Paskah.
    Setiap kali kita merayakan Ekaristi, kata-kata ini selalu diucapkan oleh semua umat: "Wafat Kristus kita maklumkan; kebangkitan-Nya kita muliakan; kedatangan-Nya kembali kita rindukan." Dengan itu juga Gereja mengungkapkan misterinya sendiri: hubungan Gereja dengan Ekaristi dan atau  hubungan Gereja dengan kurban salib. Dalam karunia Ekaristi ini, Yesus Kristus mempercayakan kepada Gereja-Nya, sebagai penghadiran abadi Misteri Paskah. Paham seperti ini akan menghantar kita kepada pesona dan rasa syukur yang mendalam.
    Namun menyelami makna 'Misteri Ekaristi', tidak cukup hanya mengalami dengan indra, tetapi perlu meresapinya dalam kesadaran pribadi manusia seutuhnya, dalam kedalaman hati dan budi serta jiwa setiap umat beriman. Itulah sebabnya mengapa ungkapan 'ekaristi' selalu disertai dengan ungkapan 'misteri'. Hal ini mengungkapkan bahwa 'Ekaristi' tidak selalu dapat dimengerti atau pun ditangkap dengan indra tetapi ada suatu dunia nilai yang lebih dalam, yang hanya dapat dialami, dirasakan daya gunanya dan bahkan berdaya eskatologis. Hal ini mengungkapkan bukan hanya pengalaman iman sehari-hari tetapi juga menegaskan hakikat misteri Gereja. Kristus senantiasa hadir dalam Gereja-Nya sampai akhir zaman. Justru dalam Ekaristi Kudus, Gereja bersuka cita atas kehadiran-Nya yang sempurna.
    Saudaraku, tepatlah penegasan Konsili Vatikan II bahwa Kurban Ekaristi adalah 'sumber dan puncak setiap hidup kristiani' (LG 11). 'Sebab dalam Ekaristi Kudus ini terkandunglah seluruh kekayaan rohani Gereja, yakni Kristus sendiri, roti paskah kita yang hidup. Lewat tubuh-Nya sendiri Ia mewartakan hidupNya kepada manusia' (Presbyterorum Ordinis, 5) Di sanalah Gereja menemukan kepenuhan pernyataan kasih-Nya yang tak terbatas. (Hd.)