Bacaan Pertama 2Sam 7:1-5.8b.11-16 membicarakan nubuat Natan berhubung dengan nilai seluruh keluarga Daud. Nubuat ini merupakan kunci pemahaman nilai kerajaan dalam Perjanjian Lama, yaitu penilaian yang didasarkan pada iman Israel akan karya penyelamatan Allah. Justru pemahaman ini kemudian akan menjadi daya dorong dan daya juang seluruh umat dalam memperkembangkan hidup mereka. Kemudian di dalam pembangunan, daya dorong dan daya juang menjadi nyata sekali. Ditekankanlah kedudukan Daud sebagai Raja yang berkenan kepada Allah. Keturunan Daud masih tetap diharapkan menampakkan nilai sebagai Raja Gembala (2 Sam 7:8b) yang menghadirkan Reksa penggembalaan Allah.
Bacaan kedua Rm 16:25-27, menekankan Warta Allah yang merupakan Panggilan bagi manusia. Di dalam diri Yesus Kristus Allah menyatakan diri dengan wajar kepada manusia. Cinta kasih dan perhatian Nya mengejawantah di tengah kehidupan ini. untuk itulah persiapan yang dirintis oleh para nabi menjadi tidak sia-sia. Para nabi sebagai Pembina Iman telah menunjukkan arah sejarah penyelamatan Allah. Maka kesadaran itu harus mengarahkan kita kepada sikap Syukur atas Karya Agung Allah yang memanggil kita.
Bacaan ketiga Lk 1:26-38 menekankan justru awal warta keselamatan di dalam diri Yesus Kristus. Pewartaan kegembiraan kepada Maria sungguh merupakan dambaan yang telah diungkapkan Natan. Di sini Allah tidak hanya hadir di bait Nya yang kudus melainkan Kristus yang menjadi tanda nyata dari janji Allah yang mau menyampaikan keselamatan kepada manusia. Dialah yang terurapi (Kristus), Raja, dan Gembala yang agung.
Bila “kisah masa kanak-kanak” pada Injil Matius 1:18-25 lebih menekankan peranan Yusup, maka pada Injil Lukas 1:5-24 peranan Maria jauh lebih menonjol. Kisah kelahiran Yesus pada Lukas penuh dengan kutipan dari Perjanjian Lama yang dikelompokkan di sana. Hal ini memberikan kesan hubungan dengan janji Perjanjian Lama memang erat sekali. Kisah panggilan ini penuh dengan suasana Ilahi. Hal ini nampak dalam perutusan Gabriel. Sedang maksud utama ialah Tuhan memulai awal baru.Tuhan berkarya, bersabda, dan memanggil. Sedangkan Maria menerima semua ini dengan penuh kepercayaan akan nilai karya keselamatan Tuhan. Ia menerima dengan utuh (Lk 1:38).
Proses hidup rohani Maria itu berakhir pada keterbukaan hatinya pada karya Allah. Dia tahu bahwa apa yang dikatakan oleh malaikat itu pada awalnya tidak mungkin terjadi baginya, tetapi pada akhirnya keyakinannya akan Allah rupanya membuat ia mampu bertumpu pada Nya. Untuk sampai pada pengalaman iman seperti Maria ini, kita‘ memerlukan kerendahan hati yang mendalam di hadapan Tuhan. Kita butuh pertobatan intelektual, sebab banyak pengalaman yang tidak bisa kita pahami dalam kehidupan ini dengan cara manusiawi kita. Kita perlu terus menerus mendekatkan diri kepada Tuhan agar kita mampu menyelami rencana Nya yang agung itu. Kita menantikan kelahiran Nya dengan kerendahan hati di hadapan Tuhan karena hanya orang demikian yang akan mampu menyaksikan kemuliaan Allah di tengah keluarga kita, Gereja dan masyarakat.
J. Widajaka Pranata, CM