Ada yang menarik dengan penelitian yang dilakukan oleh Universitas Harvard selama 75 tahun terakhir. Pertanyaan utama yang mereka ajukan ialah, “Apa yang membuat orang bahagia?” Ada berbagai macam dugaan awal mengenai hal apa saja yang dapat membuat orang bahagia: harta, popularitas, jabatan. Ternyata, hasil yang mereka peroleh sangat mengejutkan. Apa yang membuat orang bahagia adalah hubungan sosial yang baik. Artinya, orang bahagia manakala dia tidak merasa sendirian. Karena perasaan kesepian membunuh orang secara perlahan. Sebenarnya, penemuan ini semakin menegaskan bahwa kebahagiaan manusia diperoleh ketika manusia sungguh merasa berharga dan dicintai.
Apa yang ditemukan oleh Harvard ini ternyata sudah menjadi keyakinan Gereja selama ribuan tahun. Gereja meyakini bahwa cinta adalah dasar bagi kehidupan manusia. Gereja yakin karena Tuhan Yesus sendiri yang mengajarkan kepada para pengikut-Nya, untuk saling mengasihi. Karena tanpa kasih, kita semua bukan siapa-siapa. Karena tanpa kasih, kita semua tidak dapat bertahan hidup.
Hari ini kita mendengar dialog yang menarik antara orang-orang Farisi dan Yesus. Mereka bertanya kepada Tuhan Yesus, hukum macam apakah yang terbesar di dalam hukum Taurat? Harap maklum, Taurat sendiri menyimpan 613 aturan/hukum di dalamnya. Dan tidak semuanya memiliki bobot yang sama. Karena itulah, kalau orang tidak memiliki panduan yang jelas, hukum mana yang lebih tinggi dan hukum mana yang lebih rendah, maka orang pasti akan tersesat. Nah, karena itulah orang-orang Farisi bertanya kepada Yesus (walaupun sebenarnya lebih bermaksud menjajaki sedalam apa pengetahuan Yesus).
Tidak ada yang baru dari jawaban Tuhan Yesus. Karena apa yang dijawab-Nya sudah terkandung dalam hukum Taurat. Tapi yang mencengangkan ialah Tuhan Yesus memilih dua hukum kasih.
Tuhan Yesus sadar benar akan apa yang menjadi kerinduan manusia. Ia sangat paham bahwa pondasi hidup manusia adalah kasih. Karena itulah Tuhan Yesus memberikan rambu-rambu itu semua kepada para pendengar-Nya. Tidak hanya itu, dalam seluruh kehidupan-Nya, kasih kepada Allah dan kepada sesama menjadi gerak hidup-Nya. Dalam mewartakan Kerajaan Allah, Tuhan Yesus memberikan kesaksian, bahwa Kerajaan Allah baru terwujud manakala manusia mengasihi Allah dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap budi, dan dengan segenap kekuatan. Juga, Kerajaan Allah baru dapat dirasakan di bumi manakala manusia dapat memperlakukan sesama manusia sebagaimana dia ingin diperlakukan.
Dengan menunjuk dua hukum itu, Tuhan Yesus hendak menunjukkan kepada kita hidup sebagai orang beragama. Inti hidup beragama ialah menomorsatukan Allah dan sesama, bukan aturan-aturan agama belaka, yang malah bisa menjauhkan orang dari sesama dan Allah.
Apakah dalam hidup ini kita sudah mengasihi Allah dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi, dan dengan segenap kekuatan? Dan apakah kita sudah mengasihi sesama kita sebagaimana kita mengasihi diri kita sendiri? Semoga! Berkat Tuhan menyertai kita semua. Amin.
(Rm. Johan, CM)