KEMURAHAN HATI ALLAH

( 28-09-2017 )

Yesus memberi pelajaran sikap hidup yang sangat mendalam dengan perumpamaan. Pada waktu itu orang-orang yang mendengarkannya menasirkan dan menarik kesimpulan, masing-masing menurut penangkapannya sendiri. Tetapi Matius dalam Injilnya menolong kita memberi keterangan tentang makna perumpamaan yang diberikan oleh Yesus. Perumpamaan itu (Mat 20:1-16a) memberi koreksi atau pembetulan pengertian banyak orang tentang ‘hak dan jasa’ di bidang sosial ekonomi yang hidup di zaman Yesus di Palestina. Perumpamaan  ini menimbulkan masalah untuk orang-orang zaman sekarang tentang pengertian mengenai arti keadilan.
Para pekerja dalam perumpamaan itu menuntut perlakuan yang wajar, pantas, masuk akal dan adil. Perumpamaan itu memang bisa ditafsirkan menurut pelbagai segi pandangan, misalnya dari segi kesepakatan kontrak, dari segi situasi dan kondisi pekerjaan serta waktu, yang harus dilaksanakan; atau dari segi etika, kepekaan dan kejujuran. Tetapi yang ingin disampaikan oleh Yesus dalam Injil Matius hari ini ialah: kemurahan hati luarbiasa Allah, belaskasihan-Nya dan ciri-ciri nilai baru yang berlaku untuk Kerajaan Allah, yang didirikan-Nya.
Inti masalahnya ialah kenyataan, bahwa si pemilik kebun anggur tidak membedakan banyaknya gaji, yang diberikan kepada pekerja-pekerja yang bekerja menurut perbedaan waktu kerja yang panjang maupun pendek. Protes pekerja-pekerja ini secara manusiawi memang masuk akal! Tetapi puncak masalah yang ingin dilukiskan dalam Injil ialah pertanyaan si pemilik kebun anggur: “Bukankah kita telah sepakat sedinar sehari?”, ditambahkan lagi: “Tidakkah aku bebas mempergunakan milikku menurut kehendak hatiku?”, dan akhirnya puncak pertanyaannya: Iri hatikah engkau, karena aku murah hati?” (ay. 13-15). Pemilik kebun anggur berbuat menurut hak-nya, yaitu membayar pekerja-pekerja bukan atas dasar jasa-jasa mereka sendiri, melainkan lebih atas dasar belaskasihnya sendiri.
Perumpamaan hari ini menegaskan kepada kita, bahwa kemurahan hati atau belaskasihan tidak dapat dipersalahkan atau dianggap sebagai ketidakadilan. Inilah ajaran Kitab Suci! Dalam Perjanjian Lama tercantum ajaran, bahwa Allah Pencipta adalah baik dan murah hati kepada siapapun yang datang kepada-Nya. Allah ini dalam Perjanjian Baru hidup di dalam pribadi Yesus. Dan dalam diri Yesus inilah kebaikan, belaskasih dan kemurahan hati yang mengatasi keadilan! Karena itu barangsiapa pun yang ingin mengikuti Yesus sebagai murid dan sahabat-Nya harus berbuat dengan mengikuti landasan hidup-Nya: kasih, kemurahan hati dan belaskasihan. Bukan keras hati dengan hanya mempersoalkan atau memperhitungkan, apalagi dengan tidak berbelaskasihan. Allah yang adalah Bapa dari Tuhan kita Yesus Kristus telah memperkenalkan diri-Nya dalam Bacaan Pertama hari ini: “Rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku,demikian firman Tuhan. “Seperti tingginya langit dari bumi, demikian-lah jalan-Ku menjulang di atas jalanmu, dan rancangan-Ku di atas rancangan-mu”(Yes 55:8-9)
Bukankah masalah yang dihadapi oleh pekerja-pekerja, yang bekerja 11 jam di kebun anggur itu juga menggambarkan masalah keadaan di dalam masyarakat kita? Ada orang yang telah bekerja sekuat tenaga, penuh dedikasi, tak mengenal lelah, maka ia menuntut seperti dilakukan oleh pekerja-pekerja dalam perumpamaan yang telah bekerja 11 jam. Keadaan ini dapat terjadi di banyak lingkungan hidup dan kerja: di lingkungan lembaga, perusahaan, bahkan lingkungan kita sebagai Gereja.
Kita jangan sampai lupa, bahwa tidak ada seorang pun dapat merasa patut apalagi berhak menuntut berkat, yang sudah disediakan Allah baginya. Pekerjaan atau jasa baik apapun yang kita lakukan, tidak  memberi hak untuk kita menuntutnya dari Allah! Di dalam Kerajaan Allah tidak dikenal hak-hak khusus serupa itu. Terhadap Allah kita tidak mempunyai hak.
Untuk mengatasi perasaan, tuntutan atau ketidakpuasaan semacam itu kita harus mengarahkan perhatian kita kepada wajah Yesus yang berbelaskasihan. Di sanalah kita melihat nyata wajah Allah yang murah hati. Pandangan dan pemikiran manusia terbatas, sedangkan belaskasih dan rahmat Allah tak mengenal batas! Allah tidak berbuat dengan ukuran kita. Ukuran Allah yang yang dipakai Yesus ialah melihat sesama sebagai saudara dan saudari, seperti dibuktikan dalam seluruh hidup-Nya. Sebab menurut Yesus, Allah Bapa-Nya apabila Ia memilih seseorang, dan memberikan  rahmat khusus, berkat ataupun pahala kepadanya, Allah kemudian tidak  menyingkirkan orang lain ataupun mencabut rahmat-Nya daripadanya.
Saudaraku, berkat dan rahmat Allah sungguh tak terbatas, dan setiap orang masing-masing menerima bagiannya sendiri. Barangsiapa menerima lebih daripada lainnya, janganlah ia sombong, apalagi menyingkirkan orang lain! Hanya dengan demikian ia mulai memahami nilai-nilai sikap hidup yang berlaku dalam Kerajaan Allah, yang didirikan Yesus. Di situlah baru dapat sungguh  dipahami dan dilaksanakan dengan benar arti kasih dan keadilan. Jadi, hari ini Yesus mengajarkan kepada kita semua: mengatasi rasa cemburu dan iri hati.