ST. GUIDO ANDERLECHT

( 16-09-2017 )


Guido, yang lazim juga disebut Guy, lahir di  Anderlecht, Brussels, Belgia. Hari kelahirannya tidak diketahui dengan pasti. Orang tuanya miskin namun saleh. Oleh pendidikan orang tuanya ia berkembang dewasa menjadi seorang pemuda yang beriman dan taat agama. Ia menerima kemiskinan orang tuanya dengan gembira. Dalam kondisi itu ia bercita-cita melayani orang-orang miskin dengan kemiskinannya.
Guido tergolong dalam bilangan para kudus yang termiskin. Ia seorang musafir miskin seperti St. Benediktus Labre dan Matt Talbot, buruh miskin yang saleh itu. Semenjak masa mudanya ia sudah menunjukkan keutamaan-keutamaan hidup yang mengagumkan teristimewa dalam hal doa dan pengabdian kepada sesama. Untuk melaksanakan cita-citanya itu secara lebih sempurna, ia meninggalkan kampung halamannya Anderlecht dan pindah ke Laeken. Di sana ia berkelana dan menjadi pertapa yang saleh.Cara hidupnya ini menarik perhatian pastor paroki Laeken. Akhirnya oleh pastor itu ia diangkat menjadi sakristan di Gereja Bunda Maria di Laeken. Seperti Samuel di dalam Bait Allah Yerusalem dahulu, Guido tinggal di dalam rumah Allah,melayani Misa Kudus, membersihkan dan menghiasi Gereja. Semua umat senang dengan Guido karena kerajinannya melayani Misa Kudus dan memelihara Gereja.
Banyak orang memberinya bantuan keuangan. Dengan uang itu ia membantu orang-orang miskin. Agar dapat lebih banyak membantu orang miskin, ia diajak seorang saudagar kaya untuk ikut serta dalam usaha dagangnya. Ia setuju dengan ajakan itu, lalu meninggalkan tugasnya sebagai pelayan Tuhan di Gereja Laeken. Persekutuan dagang dengan saudagar kaya itu mengalami bangkrut mendadak. Guido kewalahan dan mengalami kemelaratan hidup seperti sedia kala. Dalam keadaan itu ia memutuskan kembali lagi ke Laeken untuk menjadi sakristan. Tetapi tugas itu sudah diambil alih oleh orang lain. Ia semakin bingung dan mulai menyadari hal itu sebagai hukuman Tuhan atas dirinya.
Guido sungguh menyesal dan bertobat atas kebodohannya itu. Ia kemudian berziarah ke Roma dan Tanah Suci dengan berjalan kaki. Setelah tujuh tahun berada di sana, ia kembali ke Anderlecht. Di sana ia meninggal dunia pada tahun 1012 karena penyakit yang dideritanya selama perjalanan di Tanah suci. Ia dinyatakan 'kudus' karena berbagai mukjizat yang terjadi dikuburnya bagi orang-orang yang berdoa di sana. Pestanya: 12 September. (Ursula)