Mengacu pada bacaan Injil pada hari minggu ke-16 masa biasa ini mengupas tentang Kerajaan Allah, yang diumpamakan seperti menabur benih yang baik di ladang, seperti biji sesawi dan seperti ragi. Bacaan ini memberikan pengertian mengapa Yesus mengajar dengan perumpamaan tentang Kerajaan Sorga. Hanya orang-orang yang sungguh-sungguh mencari kebenaran dan mau memasuki hubungan yang lebih mendalam dengan Yesus, serta terus berjaga-jaga, yang akan dapat masuk ke dalam misteri Kerajaan Sorga. Pemberitaan akan Kerajaan Sorga terus diberitakan oleh Kristus melalui Gereja-Nya, sehingga orang-orang yang mempunyai niat baik untuk mendengarkan dapat termasuk dalam bilangan ‘gandum’, yaitu mereka yang dapat disebut sebagai anak-anak terang. Dan melalui Gereja-Nya, umat Allah dilindungi dari lalang atau pengajaran-pengajaran yang tidak sesuai dengan apa yang diajarkan oleh Kristus, sehingga umat Allah dapat dihantar kepada keselamatan kekal, dan bercahaya seperti matahari dalam Kerajaan Allah. (Mat 13:43).
Penabur gandum adalah Allah yang datang sebagai Kebenaran Sejati sedangkan penabur lalang adalah Setan yang datang sebagai ketidakbenaran sejati. Yang menarik, gandum dan lalang ini sejatinya tumbuh di tempat yang sama dan sulit untuk dipilah. Inilah perumpamaan tentang orang baik dan orang jahat yang sejatinya dibiarkan hidup berdampingan, yang mempunyai karakteristik berbeda tapi tumbuh bersama di tempat yang sama.
Adapun, tiga hal mendasar dari perumpamaan gandum dan lalang ini, antara lain:
1. Kebaikan / bonum
2. Kejahatan / malum
3. Keadilan / iustitium
1. Kebaikan / bonum
Tuhan menabur benih “gandum” yang baik di ladang dunia. Gandum adalah lambang manusia yang berhati baik dan menjadi berkat bagi yang lainnya. Ia melambangkan orang yang mendengar dan melakukan firmanNya.
2. Kejahatan / malum
Setan menabur benih “lalang” yang jahat di ladang dunia. Lalang adalah lambang orang berhati jahat yang kerap menjadi batu sandungan. Yang pasti, “lalang” ini tumbuh bersama dengan “gandum”, tapi akan berakhir di tempat yang berbeda.
3. Keadilan / iustitium
Inilah semangat “fairness” Tuhan: “Biarkanlah keduanya tumbuh bersama sampai waktu menuai.” Mereka dibiarkan tumbuh bersama dan ketika “waktu menuai” tiba, maka “lalang” akan dibakar (neraka) tapi “gandum” akan dimasukkan ke lumbung (surga). Jelas terlihat bahwa di surga itu tidak sama dengan di bumi: Kalau di bumi, ada orang baik dan jahat, maka di surga yang ada hanyalah orang baik. Orang baik mendapat ganjaran di surga, orang jahat mendapat hukuman di neraka: “Mereka harus memberi pertanggungan jawab kepada Dia, yang telah siap sedia menghakimi orang hidup dan mati.”
Disinilah, kita dapat melihat dan memaknai bahwa untuk dapat memahami misteri Kerajaan Sorga, diperlukan sikap pertobatan atau sikap miskin di hadapan Allah. Namun, pada saat yang bersamaan diperlukan sikap yang senantiasa berjaga-jaga, mengingat bahwa ada begitu banyak tantangan di dunia saat ini, termasuk pengajaran-pengajaran yang tidak sepenuhnya sesuai dengan ajaran Kristus. Hanya dengan terus berpegang pada pengajaran Kristus yang diteruskan membaca, mendengar dan melakukan firmanNya, maka kita dapat mempunyai pondasi yang kokoh. Dengan pondasi yang kokoh ini, maka kita dapat menjadi ragi bagi keluarga, paroki, lingkungan dan masyarakat sekitar.
Saudaraku, marilah kita senantiasa mencari kebenaran sejati yang oleh Kristus agar kita selamat. Dan marilah kita senantiasa berjaga-jaga sehingga pada saatnya nanti, kita akan bersinar di dalam Kerajaan Sorga, seperti yang dijanjikan sendiri oleh Kristus. Bagaimana dengan situasi diri kita sendiri? Selamat berhari Minggu bersama keluarga. Amin.