PENYANGKALAN DIRI

( 12-08-2017 )


 Di sebuah desa terpencil, jika orang mau datang ke desa itu harus melewati hutan yang sangat jauh. Bahkan orang desa itu jika mau keluar tidak berani kalau sudah terlalu malam.  Karena takut melewati hutan. Nama desa itu Ngeni.  Di desa inilah ada satu keluarga sederhana,  yaitu keluarga bapak Amin.  Bapak Amin mempunyai beberapa anak, salah satunya bernama Iswandir. Ketika itu Iswandir yang masih belajar di bangku SMP, sepulang sekolah membantu orang tua di bebukitan untuk menggali tanah kapur dan di jual.  Iswandir yang mestinya banyak memiliki waktu untuk bermain, malah harus merelakan masa remajanya untuk membantu orang tuanya menggali tanah kapur untuk dijual pada tengkulak.
Suatu saat keluarga Pak Amin ini kedatangan tamu. Ternyata tamunya itu seorang Romo bernama Louis Pandu CM.  Romo Luis Pandu CM. menanyakan keberadaan Iswandir lalu di jelaskan oleh pak Amin bahwa setelah pulang sekolah Iswandir menggali tanah kapur di bukit. Lalu Romo Louis Pandu meminta untuk dipanggilkan sebentar saja, dan pak Amin langsung menjemput Iswandir.  Tak lama kemudian Iswandir datang dan disambut oleh romo Louis Pandu CM. dan romo memintanya untuk segera mandi dan mengikutinya. Iswandir-pun langsung mengikutinya. Ternyata dia di ajak ke Seminari Garum.  Romo Luis Pandu berkata pada Iswandir, “Ndir… mulai sekarang kamu disini saja. Ikut tes di seminari, kalau lulus nanti sekolah disini saja.” Iswandir tidak berpikir panjang, langsung menganggukkan kepala tanda setuju. Iswandir meninggalkan orang tuanya dan teman-teman desa Ngeni untuk mengenyam pendidikan di Seminari. Singkat kata setelah menyelesaikan Seminari Menengah, lanjut ke seminari Tinggi Malang, dan menyelesaikan pastoral di Kristus Raja Surabaya. Setelah kaul dan ditahbiskan menjadi Diakon lalu menjadi imam, dan sekarang tugas belajar di Eropa.
Iswandir remaja telah menang dalam pergulatan pilihan karena memilih mengikuti suara romo Louis Pandu CM, suara rohaniwan, walaupun harus meninggalkan keluarga dan teman-teman seperti telah dikehendaki oleh Kristus:
Barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku; dan barangsiapa mengasihi anaknya laki-laki atau perempuan lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku. Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak layak bagi-Ku.
Barangsiapa mempertahankan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, dan barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya.
Barangsiapa menyambut kamu, ia menyambut Aku, dan barangsiapa menyambut Aku, ia menyambut Dia yang mengutus Aku.
Bagaimana dengan kita ? Apakah aku berani meninggalkan kenyamanan dan kenikmatan demi meraih hal yang lebih tinggi nilainya? Atau aku malah tenggelam dalam persahabatan dengan semangat kedagingan dan kurang memberi tempat untuk yang rohani? Penyangkalan diri memang merupakan salib tersendiri, namun itulah jalan yang harus dilalui jika ingin selamat. Semoga. (th)