Di Afrika, terutama di Uganda, pembelaan terhadap kebenaran dan keluhuran ajaran Yesus telah mengakibatkan penganiayaan dan pembunuhan banyak martir. Ini disebabkan karena ajaran Kristen dianggap sebagai perintah utama pelaksanaan adat istiadat kafir di Uganda. Ketika itu, adat istiadat di sana masih sangat primitif. Perdagangan budak, pologami dan pemerkosaan anak dianggap hal yang biasa. Pelestarian adat istiadat dan animisme masih dianggap sebagai perkara budaya yang harus digalakkan. Oleh karena itu, kedatangan para misionaris Katolik di tahun 1879 untuk mewartakan Injil Kristus dianggap sebagai penghalang praktek adat istiadat dan kebiasaan buruk di atas.
Karolus Lwanga adalah salah seorang anak yang melayani raja Muanga. Ia menggantikan kawannya Yosef Mukasa. Muanga dikenal sebagai raja yang bejat. Ia biasa memuaskan nafsu seksnya pada anak-anak lelaki yang melayaninya. Melihat hal ini, Karolus Lwanga selalu bersikap hati-hati dan mengawasi anak-anak Kristen lainnya agar tidak tercemar oleh perbuatan bejat Muanga.
Raja Muanga sangat benci terhadap ajaran-ajaran Kristen. Hasutan orang-orang Arab semakin menambah kebenciannya terhadap keluhuran ajaran iman Kristen sekaligus para misionarisnya, juga terhadap anak-anak Uganda yang sudah menjadi Kristen. Namun anak-anak ini semakin kuat imannya dan tidak menghiraukan segala bentuk ancaman itu.
Pada tanggal 25 Maret 1886, raja mendapati para pelayannya sedang mengikuti pelajaran agama dari seorang misionaris. Ia sangat marah lalu membunuh anak-anak itu. Keesokan harinya, ia mengumpulkan para ketua suku dan meminta pertimbangan mereka untuk menghukum anak-anak Kristen yang lain. Hal ini sama sekali tidak meng-gentarkan hati mereka. Mereka berani mati demi imannya.
Anak-anak Kristen yang belum dibunuh, termasuk di dalamnya Karolus Lwanga, ditangkap dan dipenjarakan. Karolus yang tertua segera mempermandikan dan mengajar mereka tentang ajaran-ajaran iman Kristen. Ia menguatkan hati mereka untuk menerima segala akibat yang paling buruk. Iman mereka teguh dan mereka bersedia menjalani hukuman bakar yang ditimpakan atas mereka.
Karolus dibunuh bersama kawan-kawannya demi membela iman Kristen. Mereka yakin Tuhan akan memberi mereka pahala di surga yang jauh lebih membahagiakan. Oleh Sri Paus Paulus VI, Karolus dinyatakan 'kudus' pada tahun 1964. Pestanya: 3 Juni. (Ursula)