Banyak orang katolik hidup saleh dan setia kepada Gereja. Namun kalau ditanya mengapa mau hidup saleh? Mengapa setia kepada Gereja? Jarang yang bisa menjawab dengan baik, paling banter ya karena itu yang diajarkan Gereja. Belum lagi kalau ditanya lebih mendalam, seperti: Tuhanmu tiga ya? Nggak koq kita percaya Tuhan yang satu. Lha koq ada Allah Bapa, Putera dan Roh Kudus? Ya memang demikian. Padahal kamu tadi bilang Allah cuma satu? Ya begitulah, aku juga gak ngerti, itu soal iman, pokoknya aku percaya. Sebenarnya Tuhan kita esa, seperti agama-agama lain. Jadi semua agama sama saja? Ya semua agama sama, yang penting membuat orang jadi baik. Dialog dan jawaban seperti itu menunjukkan bahwa kita kurang tahu ajaran iman kita sendiri. Barangkali itu sebabnya mengapa cukup banyak orang katolik, termasuk yang aktif menggereja, dengan mudah membuang iman katolik (semua agama sama aja) demi pekerjaan atau demi pacar. Barang kali itu sebabnya mengapa kita tidak tergerak untuk mewartakan iman kita, termasuk kepada orang orang yang kita kasihi, seperti orang tua atau kakek nenek kita. Seringkali dengan alasan tidak mau memaksa orang lain, apalagi orang tuanya- untuk menjadi katolik. Mewartakan dan mengajak berbeda dengan memaksa. Kalau kita mengalami sesuatu yang baik, tentunya kita ingin orang yang kita kasihi juga mengalaminya.
Mempertanggungjawabkan iman sebenarnya memang mempertanggungjawabkan hidup kita juga. Seperti mengapa saya tetap setia walaupun pasangan saya kurang setia. Mengapa saya rela meninggalkan karier saya, agar dapat mendampingi anak-anak secara langsung. Mengapa saya tetap jujur, walaupun teman-teman di sekolah atau di tempat kerja saya tidak jujur. Mengapa saya tetap berusaha aktif menggereja walau seringkali pulang kerja sudah lelah, karena dalam menggereja itu saya justru disegarkan kembali. Mengapa saya bisa mengampuni orang yang telah berbuat jahat kepada saya, karena Tuhan Yesus telah memberi saya teladan. Mengapa saya tetap peduli untuk berbagi dengan sesama, walau saya sendiri belum berkelebihan. Dapat mempertanggungjawabkan hidup dan perilaku saya membuat hidup saya lebih bermakna dan bahagia, walaupun menghadapi berbagai tantangan dan permasalahan. Menjalani hidup yang demikian membahagiakan membuat saya juga ingin menyampaikannya kepada sesama saya, lebih lebih orang-orang yang saya kasihi. Karena saya juga ingin mereka bahagia, baik sekarang maupun untuk kehidupan abadi.
Lalu bagaimana saya dapat mempertanggung-jawabkan iman dan hidup saya? Harus diakui bahwa banyak orang katolik kurang tahu kekayaan ajaran katolik, apalagi kalau orang baptis bayi dan kemudian sekolah di sekolah non katolik, sementara orang tuanya mungkin kurang peduli pada ajaran katolik dan hidup menggereja. Untuk itu paroki kita akan mengadakan pembekalan ajaran katolik setiap Kamis dalam bukan Mei dan Juni, serta setiap Jumat di bulan Juli dan Agustus. Tujuannya agar peserta dapat mempertanggungjawabkan imannya dan memaknai hidupnya. Dengan demikian dia juga akan tergerak untuk merasul. Pembekalan ini dibuka untuk setiap umat yang mau sungguh belajar, dan terutama mau merasul. Di mulai Kamis 4 Mei 2017 pk 18.30 dengan registrasi(ulang) di Ruang Katarina. Saudara yang berminat dapat mendaftarkan diri kepada kaling/kawil masing-masing, karena terbatasnya kapasitas ruangan. (sad budi)