MAKNA MISTERI PASKAH
Dengan wafat-Nya, Kristus menyerahkan diri-Nya secara utuh dan total kepada Bapa dalam Roh Kudus. Dalam kebangkitan Kristus, Bapa menerima penyerahan diri Kristus itu dalam Roh Kudus. Wafat dan kebangkitan Kristus inilah yang merupakan puncak misteri karya keselamatan Allah. Peristiwa wafat dan kebangkitan Kristus ini adalah inti misteri Paskah.
Konsili Vatikan II menyadari betul peranan sentral misteri Paskah ini dalam karya penyelamatan Allah dan juga seluruh liturgi Kristiani. "Adapun karya penebusan umat manusia dan pemuliaan Allah yang sempurna itu telah diawali dengan karya agung Allah di tengah umat Perjanjian Lama. Karya itu diselesaikan oleh Kristus Tuhan, terutama dengan misteri Paskah: sengsara-Nya yang suci, kebangkitan-Nya dari alam maut, dan kenaikan-Nya dalam kemuliaan. Dengan misteri itu Kristus 'menghancurkan maut kita dengan wafat-Nya, dan membangun kembali hidup kita dengan kebangkitan-Nya', sebab dari lambung Kristus yang beradu di salib muncullah sakramen seluruh Gereja yang mengagumkan" (Sancrosanctum Concilium art. 5). Dengan pernyataan seperti ini, Konsili tidak hanya mau mengatakan bahwa puncak karya keselamatan Allah terjadi dalam misteri Paskah Kristus, melainkan misteri Paskah menjadi pusat seluruh liturgi Gereja.
Kita memahami bahwa apa yang dirayakan dalam liturgi hanyalah buah penebusan Kristus saja yang mengalir dari peristiwa salib-Nya. Buah penebusan Kristus berarti segala sesuatu yang 'dihasilkan' oleh peristiwa wafat dan kebangkitan Kristus itu, misalnya perdamaian Allah dan manusia, pengudusan, kurnia Allah kepada kita sebagai anak-anak Allah, pencurahan Roh dst. Namun untuk sungguh-sungguh memahami kehadiran misteri Paskah dalam liturgi dibutuhkan simbol. Kalau dalam Perayaan Ekaristi, simbol (roti dan anggur) bukan hanya menunjuk pada realitas yang dilambangkan saja, melainkan melalui dan dalam simbol itu sendiri terjadilah, terlaksanalah dan menjadi nyatalah apa yang dilambangkan, misteri Paskah benar-benar dihadirkan dalam Perayaan Ekaristi menjadi Tubuh dan Darah-Nya.
Kata 'dihadirkan' di sini bukan berarti suatu pengulangan, melainkan suatu pengenangan (anamnese). Pengenangan bukan sekedar diingat-ingat dalam arti intelektual, melainkan sungguh-sungguh secara nyata dan real dibuat menjadi hadir di sini dan sekarang ini. Yang memungkinkan penghadiran itu adalah Roh Kudus. Di satu pihak Roh Kudus menghadirkan peristiwa salib Kristus dalam liturgi dan di lain pihak Roh Kudus membawa kita masuk ke dalam peristiwa penebusan Yesus Kristus yang dilakukan-Nya sekali untuk selamanya (bdk. Ibr. 9:24-28; 10:10). Jadi, kehadiran misteri Paskah dalam liturgi adalah kehadiran sakramental, yaitu kehadiran yang obyektif, real-nyata dalam bentuk atau rupa simbol. Selamat Paskah - 2017. (Hd.)