Pemberkatan dan perarakan palem dimaksudkan sebagai penyadaran bagi kita, di dalam keterlibatan kita pada arah hidup Yesus. Arah itu menuju ke Yerusalem kota KesengsaraanNya, yang sekaligus juga kota KemuliaanNya. Yesus sendiri mempersiapkan perjalanan tersebut dan menjadikan Rencana Profetis: perjalanan hidup manusia berisi Rencana Keselamatan Allah. Dalam perjalanan itu Yesus dan juga kita semua menjelaskan bahwa tangan Tuhan Allah Bapa kita berkarya.
Dalam hidup Yesus yang sangat kritis sekalipun Yesus masih memancarkan kedamaian. Ia masuk kota atas nama Tuhan membawa kedamaian (lih.Mrk 11:10), seperti pernah terjadi pada masa Daud, raja yang menjadi pilihan Allah. Dan Yesus Kristus merupakan pengejawantahan “Kerajaan leluhur kami Daud”. Yesaya mengungkapkan bahwa dalam perjalanan hidup Hamba Yahwe itu, kesengsaraan merupakan bagian hidup yang utuh”.........Aku tidak memberontak, tidak berpaling ke belakang, Aku memberikan punggungku kepada orang yang memukul aku, dan pipiku kepada orang-orang yang mencabut janggutku. Aku tidak menyembunyikan mukaku ketika aku dinodai dan diludahi ....”. Dan Hamba Yahwe itu percaya: Allah menjadi kekuatannya di dalam perjuangan hidupnya yang sengsara itu.
Kristus merupakan pola hidup Kristen. Orang kristen menghayati hidupnya sekarang dan mencoba mengisi hidup dalam situasi konkrit ini, dalam perjuangan, kegagalan, kegembiraan dan kebahagiaan, dengan sikap yang seharusnya juga terdapat pada diri Kristus Yesus. Orang kristen berkat iman dan pembaptisan terlibat di dalam hidup Kristus itu (lih.Rm 6:3; Gal 3:27; 2Kor 5:17). Orang Kristen berada di dalam Kristus.
Didalam hidup ini seringkali dihantui oleh ketakutan, ketidakpastian, kekurangan, maka di dalam diri Kristus muncul Sang Pembebas, yang mau menerima dan mengikat diri pada pilihan Nya, untuk menterjemahkan sikap yang manusiawi namun ilahi. Dengan sikap Kristus itulah Salib mempunyai nilai penyelamatan (lih.1Kor 1:18). Di dalam Salib itu orang bisa mendapatkan kebanggaan (bdk.Gal 6:14). Memang selama hidup ini mempunyai ciri salib tetap akan merupakan sandungan (lih.Gal 5:11).
Orang yang jujur kerap kali mengalami “perendahan”, namun juga “peninggian”. Penghormatan timbul, berkat Perendahannya. Ia dicobai, agar nampak nilai pribadi ini. kekuatan Allah ternyata dijelmakan dalam sikap Nya menghadapi perendahan itu. Akhirnya Allah yang mencintai manusia tentu tidak akan membiarkan manusia ini lebur sia-sia belaka. Ia ditinggikan, diluhurkan dan dibangkitkan bersama Allah.
Yesus tahu bahwa dengan masuk ke Yerusalem, Ia akan mengawali penderitaan Nya. Sebenarnya Yesus memiliki kebebasan untuk tidak mati. Namun karena cinta, Ia memilih menerima penderitaan. Berkurban itu sulit, namun merupakan ungkapan cinta sejati. (Rm. J. Widajaka CM)