Urutan Kisah Sengsara Tuhan kita Yesus Kristus yang panjang isi pokoknya adalah sebagai berikut:
Injil Matius berceritera tentang kelompok Yudas Iskariot yang akan mengkhianati Yesus, yang sedang mengadakan perjamuan malam terakhir dengan murid-murid-Nya. Diwakili oleh Petrus para murid berjanji akan tetap setia dan percaya kepada Yesus. Kemudian diikuti dengan ceritera tentang perjuangan batin Yesus di taman Getsemani. Akhirnya Yesus ditangkap. Ternyata meskipun sudah berjanji, para murid meninggal-kan Yesus sendirian. Yesus diadili; Petrus menyangkal sebagai murid Yesus; Yudas akhirnya bunuh diri. Dalam sidang pengadilan Pilatus melepaskan Barabas, dan memutuskan hukuman mati bagi Yesus untuk di salib. Penyaliban Yesus ternyata menggambarkan perkenalan kasih Allah yang tak terbatas kepada manusia. Dan akhirnya Yesus dikuburkan.
Apa makna Kisah itu bagi hidup kita?
Yesus memulai perutusan-Nya dengan dibaptis di sungai Yordan. Roh Allah turun atas-Nya dan terdengar suara dari surga: “Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan” (Mat 3:13-17). Tetapi sesudah pembaptisan itu ternyata sejak saat itu sampai akhirnya nanti Yesus harus mengalami tantangan dan pencobaan untuk menyingkirkan kebenaran perutusan-Nya sebagai Putera Allah. Kisah Sengsara Yesus menghadapkan kepada kita percobaan yang paling keji dan kejam atas kesetiaan-Nya kepada kasih Allah Bapa-Nya, sampai sanggup meng-alami kematian-Nya yang paling hina di salib!
Injil Matius memberi pelajaran kepada kita bagaimana Roh Allah membimbing Yesus untuk berdoa di tengah pengalamannya dalam menderita dan menghadapi sekarat maut. Dengan demikian kita diingatkan, bahwa Roh Kristus memberi kemampuan kepada kita untuk berdoa dan bertahan dalam menghadapi tantangan dan pencobaan hidup dan kematian kita sendiri.
Yesus memulai penderitaan dengan mengada-kan perjamuan Paskah Yahudi bersama murid-murid-Nya, sesuai dengan tradisi dan adat istiadat menurut Perjanjian Lama. Namun Ia melaksanakanya dengan makna yang baru. Korban yang dipersembahkan kepada Allah adalah diri-Nya sendiri. Dan pemberian diri-Nya itu dimulai-Nya dengan mendaki bukit Jaitun dan diselesaikan di bukit Kalvari.
Dengan tiga murid-Nya (Petrus,Yakobus dan Johannes) Yesus memasuki taman Getsemani, di mana Ia mulai bergulat batin, merasa sangat sedih dan takut. Ia mulai merasakan penderitaan dan kematian yang akan ditanggung-Nya. Yesus berdoa: “Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki!” (Mat 26:39).
Akhirnya,Yesus mengalami sekarat maut di kayu salib, Ia mengucapkan doa-Nya dengan kutipan dari Mzm 72: “Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” (Mat 27:46). Di tengah kegelapan malam jiwa-Nya, yang gelap gulita, di mana tak tampak kehadiran kasih Allah Bapa-Nya, Yesus tetap memegang teguh harapan-Nya dengan cahaya iman-Nya yang murni! Di tengah saat mengalami kedahsyatan maut, Yesus adalah tetap Putera yang dikasihi Bapa-Nya. Yesus menyerahkan diri-Nya sepenuh-nya ke dalam tangan Allah Bapa-Nya (Mat 27:50). Dalam diri Yesus kita memiliki teladan, bagaimana kita juga harus berani menyerahkan diri kita seutuhnya kepada kasih Allah yang tiada batasnya. Selamat memasuki Pekan Suci.(Hd)