AKU PERCAYA KEPADA YESUS KRISTUS

( 26-03-2017 )

Dalam Injil Yohanes hari ini diceriterakan, bahwa dalam suatu perjalanan-Nya Yesus melihat seorang buta sejak lahir, dan Ia menolongnya sehingga si buta itu dapat melihat. Hal ini mengingatkan kita, bahwa kita ini sebagai manusia beriman bukan hanya mempunyai mata untuk penglihatan jasmani, tetapi juga berkat baptis kita dianugerahi Tuhan dengan mata untuk penglihatan rohani.
Alam dan bumi kita sebagai ciptaan Tuhan dalam kenyataanya berjuta-juta tahun juga buta sejak awal. Belum ada mata untuk melihat. Mata baru diberikan kepada makhluk yang berupa hewan dan manusia. Mata manusia pun saat mulai berfungsinya tidak berlangsung serba serentak. Seorang bayi yang dilahirkan, matanya belum sekaligus bisa melihat jelas dan membeda-bedakan apa yang dihadapinya. Betapa gembira si bayi itu bila sepekan kemudian ia dapat melihat ibu dan bapanya dan orang-orang lain dengan lebih jelas!
Yesus mau menolong dan membuat si orang buta itu bisa melihat lagi, bukan karena si orang buta itu memintanya, melainkan karena Ia melulu mau menolong dan menyelamatkannya. Mengapa Yesus mau menolong si orang buta sejak lahir itu? Kita diingatkan oleh Yesus, bahwa kata-kata “buta sejak  lahir” juga mempunyai arti lain. Di samping mata fisik (jasmani) juga ada mata iman (rohani). Mata iman ini membuat kita mampu melihat apa yang tidak dapat dilihat dengan mata fisik kita. Dengan mata iman kita dapat melihat dunia Injil, dunia Allah, hidup kekal yang tidak berkesudahan.
Yesus berkata kepada si buta: “Pergilah, basuhlah dirimu di kolam Siloam”. Apa artinya perintah Yesus itu bagi kita? Yesus mau menegaskan, bahwa mata iman kita mulai kita miliki dengan penerimaan baptis. Sebab dalam baptis atau permandian itulah kita menerima anugerah iman. Berkat baptis kita percaya!
Tetapi bagi kita umat kristiani yang telah dibaptis, percaya bukanlah sekadar percaya kepada Allah pada umumnya, melainkan percaya kepada Kristus! Dalam Injilnya yang ditulisnya di masa usia lanjut Yohanes mau mengatakan kepada kita, bahwa hidup beriman atau percaya dengan sungguh-sungguh membutuhkan waktu, agar iman kita menjadi yang utuh dan matang kepada Yesus Kristus sebagai Putera Allah. Penyembuhan mata orang yang buta itu merupakan saat atau kesempatannya mampu mengetahui siapakah Yesus itu sebenarnya! Sebelumnya bagi orang si buta, yang hanya  dikenal sebagai pengemis itu, Yesus hanyalah orang biasa seperti lainnya. Tentang Yesus ia hanya tahu: “Ia meludah ke tanah, dan mengaduk ludahnya itu dengan tanah, lalu mengoleskannya pada mata orang buta tadi dan berkata kepadanya: “Pergilah, basuhlah dirimu di kolam Siloam”.
Karena penyembuhan mata orang buta itu terjadi pada hari Sabat timbullah pertentangan di antara kaum Farisi. Maka ditanyakan kepadanya: “Engkau, karena Ia telah memelekkan matamu, apakah katamu tentang Dia?”. Ia menjawab: “Ia seorang nabi!”. Dengan demikian orang yang telah disembuhkan matanya itu maju selangkah dalam kepercayaannya. Ia percaya bahwa Yesus bukan “orang biasa”, melainkan diutus oleh Allah sebagai nabi, dan berkata dan berbuat atas nama Allah. Dan akhirnya ketika ia berjumpa dengan Yesus sendiri lagi, ia berkata: “Aku percaya,Tuhan!”, lalu ia sujud menyembah Yesus. Di depan umum ia mengakui Dia sebagai Tuhan dan Allah.
Apa pesan Injil Yohanes kepada kita hari ini? Yohanes dalam Injilnya bertanya kepada kita sebagai orang beriman: “Sejauh manakah langkahku dalam perjalanan hidupku sebagai seorang kristiani? Siapakah sebenarnya Yesus dari Nasaret bagiku?”. Bahwa Yesus adalah manusia tiada orang menyangkalnya. Bahwa Dia adalah nabi yang diutus Allah, pada umumnya diakui orang juga. Bagian terbesar dari masyarakat kita berpendapat demikian. Tetapi itu tidak cukup! Kaum Muslim, sesuai dengan apa yang tertulis dalam Quran, mengakui Yesus sebagai nabi. Tetapi bagi orang kristiani sejati pengakuan itu saja tidak cukup! Setiap orang bila ingin menjadi orang kristiani sejati, harus mengakui dan berkata seperti si orang buta sejak lahir, bahwa Yesus adalah Tuhan dan bersujud kepada-Nya sebagai Allah. Iman kristiani sejati bukanlah sekadar percaya bahwa Allah itu ada, melainkan percaya kepada seorang pribadi. Dalam Injil Yesus bukan sekadar menunjukkan hal-hal yang harus dipercayai, melainkan Ia bersabda: “Percayalah kepada Allah, percayalah juga kepada-Ku” (Yoh 14:1).
     Saudaraku, dengan demikian bagi umat kristiani sejati percaya berarti percaya kepada Yesus Kristus. Tetapi percaya kepada Kristus berarti juga hidup sesuai dengan ajaran dan teladan-Nya. (Hd)