TUHAN ADALAH CAHAYA HIDUPKU

( 22-03-2017 )

Dalam Injil Minggu Prapaskah II hari ini yakni Matius (Mat 17:1-9), berceritera tentang perubahan penampakan diri atau transfigurasi Yesus di gunung, yang menggambar-kan kemuliaan Yesus sesudah kebangkitan-Nya. Namun sekaligus juga mau menunjukkan kemuliaan, yang akan dialami oleh manusia juga apabila diselamatkan oleh Yesus. Yesus memang harus menderita untuk menyelamat-kan umat manusia, namun kemudian Ia akan dimuliakan bersama dengan umat-Nya juga yang telah diselamatkan-Nya.
Sebelum pergi untuk naik ke gunung yang lazim disebut Tabor bersama dengan ketiga murid-Nya, yaitu Petrus, Yakobus dan Yohanes, Yesus sekitar sepekan sebelumnya sudah memberitahukan kepada segenap murid-Nya, bahwa Ia harus menderita, dibunuh, namun akan bangkit kembali (lih. Mat 16:21-28). Pada waktu itu Yesus mengatakan kepada murid-murid-Nya: “Barangsiapa mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku” (Mat 16:24). Murid-murid-Nya kecewa mendengar ucapan Yesus itu, dan Petrus menegur Yesus dan berkata: “Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali tak akan menimpa Engkau” (ay.22). Tetapi Yesus menjawab: “Enyahlah Iblis, Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia” (ay.23). Dengan latar belakang inilah Yesus mengajak Petrus bersama dengan Yakobus dan Yohanes naik ke gunung Tabor, di mana Yesus memperlihatkan diri dalam keadaan-Nya yang mulia. Yesus mau memperlihat-kan dan meneguhkan kepada murid-murid-Nya siapakah Diri-Nya itu sebenarnya.
Nanti ketiga murid yang diajak Yesus naik ke gunung Tabor itu, yakni Petrus,Yakobus dan Yohanes,  di kemudian hari di Yerusalem akan diajak juga oleh Yesus pergi ke taman Getsemani untuk berdoa sebelum Ia memasuki kesengsaraan-Nya. Dan di situlah mereka bertiga melihat Yesus bergulat dalam batin menghadapi tugas-Nya yang berat sebagai Almasih. Ternyata Yesus, Guru mereka, yang telah berbuat baik, menolong begitu banyak orang, dan yang sebelumnya kemuliaan-Nya telah mereka saksikan sendiri di gunung Tabor, ternyata harus menderita.
Patut kita perhatikan, bahwa suara dalam awan yang terdengar di gunung Tabor: “Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan, dengarkanlah Dia”adalah ulangan suara dari surga,yang terdengar ketika Yesus dibaptis di sungai Yordan: “Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan” (Mat 3:17).
Apakah pesan yang disampaikan Injil Matius Hari Minggu ini kepada kita?
Kita harus selalu terbuka untuk mendengarkan sabda Tuhan dan selalu bersedia melaksanakannya dengan setia. Sabda Tuhan yang disampaikan Yesus dalam Injil Matius pada hari ini kepada kita adalah hubungan antara perjuangan dan kemenangan, atau dengan kata lain antara penderitaan dan keselamatan atau kemuliaan. Petrus, Yakobus dan Yohanes menyaksikan kemuliaan Yesus di gunung, tetapi kemudian mereka juga menyaksikan pergulatan batin-Nya di taman Getsemani, bahkan dalam penderitaan fisik dan maut di salib di Golgota. Karena itu barangsiapa, seperti ketiga murid Yesus itu, mau ikut mengambil bagian dalam kemuliaan Yesus nanti di surga, harus bersedia juga mengambil bagian dalam penderitaan-Nya!
Ceritera Injil tentang transfigurasi Yesus mengingatkan kita untuk selalu mendengarkan sabda Allah di dalam hidup kita. Kita sering mendengarkan sabda  Yesus, namun sering tidak taat melaksanakannya dalam kata dan perbuatan  dalam hidup kita sehari-hari. Di atas gunung Tabor wajah Yesus memang “bercahaya seperti matahari dan pakaian-Nya menjadi putih bersinar seperti terang” (Mat 17:2), tetapi ketika tergantung di kayu salib di bukit Golgota wajah-Nya suram dan tubuh-Nya nyaris total telanjang! (lih. Mat 27:35). Mungkin kita akan bertanya: Mengapa Allah menyembunyikan kemuliaan-Nya di gunung yang tinggi, sehingga banyak orang tidak dapat melihat-Nya? Mengapa Allah tidak menyelamatkan Dia dari hukuman di kayu salib? Kebijaksanaan ilahi bukanlah kebijaksanaan manusiawi.
Saudaraku, untuk memahami kemuliaan Allah dalam diri Yesus, kita harus bersedia memperhatikan dan mengalami apa yang terjadi di kedua gunung atau bukit: Tabor dan Golgota! Transfigurasi atau perubahan penampakan diri Yesus dapat kita lihat dan kita pahami sebagai suatu cara kehadiran Kristus, yang memperhati-kan segalanya, yang kita alami dan membingungkan diri kita, sampai kita tak tahu harus berbuat apa. Kristus selalu menunjukkan wajah-Nya yang sebenarnya dalam meng-hadapi keadaan apapun yang dialami-Nya. Wajah Krisus yang girang maupun juga sedih, bersinar ataupun suram, dan senyum, lembut dan penuh kasih tetapi juga marah, namun selalu tetap setia akan sabda dan kehendak Bapa-Nya, yang selalu mau memberikan hiburan dan perdamai-an. – Semoga apa yang kita lihat dalam pengalaman Yesus di bukit Golgota, selalu kita satukan juga dengan apa kita lihat dalam pengalaman-Nya di gunung Tabor! Penderitaan bukanlah sesuatu yang kita cari, bukanlah pula nasib kita, melainkan merupakan suatu jalan menuju kebahagiaan, seperti telah ditempuh oleh Yesus Kristus sendiri! Amin.