MURID-MURID KRISTUS MEMBANGUN KEADABAN EKOLOGIS
Bagi Umat Katolik Keuskupan Surabaya
No. 74/G.111/II/2017
(Hendaknya Surat Gembala ini dibacakan di semua gereja dan kapel dalam wilayah Keuskupan Surabaya pada tanggal 25-26 Februari 2017)
Saudara-saudari umat Allah yang terkasih,
Mulai besok Rabu Abu, yang jatuh pada tanggal 1 Maret 2017, kita akan memasuki masa Prapaskah. Inilah masa suci bagi seluruh Umat Katolik sebagai persiapan rohani untuk merayakan sengsara, wafat, dan kebangkitan Tuhan dengan lebih layak. Persiapan ini kita hayati lewat sikap tobat dan pembaruan hidup.
Gerakan APP Nasional Tahun 2017 mengambil fokus gerakan “Keluarga Berwawasan Ekologis” sebagai tema tahun pertama dari tema besar tiga tahunan Gerakan APP Nasional tahun 2017 – 2019, yakni “Penghormatan dan Penghargaan Keutuhan Ciptaan Demi Kesejahteraan Hidup Bersama”.
Inspirasi dasar dari tema APP bersumber pada pemurnian makna dan jiwa puasa yang sesuai dengan kehendak Allah seperti yang diserukan oleh Nabi Yesaya, “Berpuasa yang Kukehendaki, ialah supaya engkau membuka belenggu-belenggu kelaliman, dan melepaskan tali tali kuk, supaya engkau memerdekakan orang yang teraniaya dan mematahkan setiap kuk”(Yes 58:6).
Karena itu hasil yang paling dinantikan dari Gerakan APP adalah pewujudan iman kristiani dalam bentuk perubahan dan pembaharuan diri yang semakin sesuai dengan jatidiri sebagai manusia yang diciptakan secitra dengan Allah. Manusia menjadi pusat dan sekaligus tujuan dari segala apa yang dinamai pembangunan. Pembangunan yang merusak lingkungan, juga akan merusak manusia.
Secara khusus selama masa Prapaskah tahun ini, sebagai wujud Tobat, kita bersama Panitia Aksi Puasa Pembangunan Keuskupan Surabaya berkomitmen untuk membangun keluarga dan Umat Katolik sebagai persekutuan murid-murid Kristus yang berkeadaban ekologis. Tema ini berkaitan dengan salah satu fokus perhatian pastoral Ardas tahun 2017 sebagai Tahun Remaja dan Kerasulan Awam. Salah satu prioritas program Kerasulan Awam adalah “Penyebaran dan Peresapan Ajaran Sosial Gereja ke dalam Hidup Umat Beriman” dan salah satu mandat suci ajaran sosial Gereja adalah TUGAS MELINDUNGI KELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP atau dengan istilah lain: membangun keadaban ekologis, yakni: menjaga, melindungi dan mencintai keutuhan alam sebagai kebiasaan dan budaya hidup sehari-hari setiap orang yang mengakui diri sebagai murid Kristus.
Telah menjadi tradisi selama masa Prapaskah, Umat Katolik mengadakan pendalaman iman bersama di setiap lingkungan dan kelompok. Saya sangat menghargai antusiasme di setiap kevikepan dan jenjang usia formasi berupaya mengembangkan tema ini sesuai dengan konteks. Lakukanlah hal itu dengan tekun dan bersungguh-sungguh, hingga bermuara pada kesadaran dan niat memelihara kelestarian alam yang adalah rumah kita bersama ini.
Saudara- saudari Umat Allah yang terkasih,
Perubahan cuaca yang ekstrim akhir akhir ini menyadarkan kita semua akan besarnya kerusakan alam dan pola hidup manusia yang menyisakan sampah yang tak terkira, telah mencederai keseimbangan lingkungan. Egoisme manusia mengorbankan keharmonisan dan keutuhan alam ciptaan yang akhirnya tak peduli pada nasib generasi anak cucunya. Nabi Yesaya pada bacaan hari ini menyerukan kepedihan Tuhan atas kenyataan bahwa manusia telah melupakan anak kandungnya (Yes 49:15) . Paus Fransiskus dalam ensiklik ‘Laudato Si’ mengingatkan: “Kita ini bukanlah Allah ! Bumi sudah ada sebelum kita dan telah diberikan kepada kita. Setiap komunitas … memiliki kewajiban untuk melindungi bumi dan menjamin keberlangsungan kesuburannya untuk generasi-generasi mendatang. .. yang mampu melestarikan sumber-sumber daya untuk generasi sekarang dan masa depan dengan cara: membatasi sebanyak mungkin penggunaan sumber daya yang tak terbarukan” (Laudato Si art.22 dan 67).
Sebagaimana diserukan Santo Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Korintus (Kor 4:1-5), kita semua sebagai hamba-hamba Kristus dipanggil juga menjadi penjaga rahasia Allah, dalam hal ini rahasia kelestarian alam semesta milik Allah ini. Di jaman ini kelalaian dan keserakahan manusia atas nasib kelestarian alam merupakan kegelapan yang nyata , untuk itu Firman Tuhan hendak menerangi kita semua agar para murid Kristus tergerak menjadi pionir pemelihara keutuhan dan keharmonisan alam ciptaan. Jikalau tidak maka ‘gerak keseimbangan hukum alam’ menjadi penghakiman atas bumi. Sekali lagi Paus Fransiskus bernubuat, “Jika trend perusakan alam ini terus berlanjut, abad ini akan menyaksikan perubahan iklim yang luarbiasa serta kerusakan ekosistem yang belum pernah terjadi, dengan konsekuensi serius bagi kita semua!” (‘Laudato Si’ art.24).
Saudara- Saudari Umat Allah yang terkasih,
Inilah pertobatan dan matiraga sejati jaman ini, yakni mengendalikan diri dalam pola hidup kita yang semakin ramah lingkungan, berupaya terus menyembuhkan kembali alam yang rusak, meminimalkan sampah yang tak terurai, menjaga sumber-sumber air tetap mengalir bersih - melimpah, meminimalkan polusi dan mewariskan kepada anak cucu kebiasaan cinta akan lingkungan hidup. Tidak cukup kita hanya kuatir akan apa yang akan kita makan dan apa yang kita pakai. Lebih dari itu, Tuhan Yesus menyatakan bahwa HIDUP MANUSIA dan hidup generasi kita ke depan adalah lebih penting dari segala kekuatiran akan hidup. Kita dipanggil untuk mengembalikan keindahan ibu bumi. Keindahan ekologi adalah kebenaran Kerajaan Allah, maka semuanya akan ditambahkan bagi orang yang mencari kebenaran-Nya (bdk. Mat 6:25-34).
Selamat menjalani masa Tobat dan Puasa sebagai cara mencari Kerajaan Allah dan kebenarannya, hingga akhirnya penderitaan dan salib dalam memperjuangkan keadaban ekologis ini berbuahkan Paskah bagi setiap murid-murid Kristus.
Saya hendak mengakiri Surat Gembala ini bersama Kidung Gita Sang Surya karya Santo Franciskus dari Asisi :
“Terpujilah Engkau, Tuhanku,
bersama semua Makhluk-Mu,
terutama Tuan Saudara Matahari ;
dia terang siang hari, melalui dia kami Kau beri terang.
Dia indah dan bercahaya
dengan sinar cahaya yang cemerlang ;
tentang Engkau, Yang Mahaluhur,
dia menjadi tanda lambang.
Terpujilah Engkau, Tuhanku,
karena saudari bulan dan bintang-bintang,
di cakrawala Kau pasang mereka,
gemerlapan, megah dan indah.
Terpujilah Engkau, Tuhanku, karena Saudara Angin,
dan karena udara dan kabut,
langit yang cerah dan segala cuaca,
dengan-Nya Engkau menopang
hidup makhluk ciptaan-Mu.
Terpujilah Engkau, Tuhanku, karena Saudara Air ;
dia besar faedahnya, selalu merendah,
berharga dan murni.
Terpujilah Engkau, Tuhanku, karena Saudara Api,
dengannya Engkau menerangi malam ;
dan indah, cerah ceria, kuat dan perkasa.”
Surabaya, 22 Pebruari 2017
- pada Pesta Tahta St. Petrus Rasul -
Berkat Tuhan,
+ Vincentius Sutikno Wisaksono
Uskup Surabaya