KESETIAAN SEBAGAI PELAYAN TUHAN

( 21-03-2017 )

Selama pembuangan di Babilonia (586-538 SM)  Deutero-Yesaya mewartakan masa depan dan hiburan bagi bangsa terpilih. Masa depan dan hiburan itu bersandar pada Kasih Allah yang tiada taranya. Deutero-Yesaya ingin menghibur mereka yang bersusah payah di Pembuangan.
Bacaan kedua Paulus menjelaskan pelayanan kristen yang harus dilaksanakan. Dalam pelaksanaannya, Allah sendiri yang harus menjadi hakimnya. Manusia tidak bisa membanggakan prestasi apa pun dalam pelayanan tersebut.Pelayanan yang sesungguhnya terjadi bukan karena simpati belaka , melainkan dari penghargaan atas usaha nyata. Paulus memberikan gambaran tugasnya sebagai pelayanan misteri ilahi.  Ditegaskan bahwa pelayan tidak bisa bertindak semau sendiri. Maka yang menjadi kebanggaan Paulus kalau bisa tetap setia pada pewartaan dan pribadi Allah yang dilayani, yaitu Yesus Kristus. Setia dalam arti membela, menjagai seperti adanya, tetapi juga meneruskan supaya tetap bernilai. Dalam arti kata yang benar Paulus memang konservatif : karena yang dilayani adalah misteri ilahi. Paulus sadar bahwa pelayanan itu akan mendapat penilaian dari orang lain, baik mengenai cara maupun isi pelayanannya. Penilaian ini bisa mengurangi kewibawaannya. Bagi Paulus bukan kewibawaan itu yang penting, maka ia tidak takut akan penilaian, Allah menentukan. Sebagai pelayan sabda ilahi seperti yang dikatakan Paulus kita harus menyadari  bahwa isi pelayanan kita berasal dari kekayaan ilahi yang tidak pernah habis tergali, sedangkan dunia yang kita tawarkan, yang kritis, tak acuh, bahkan sinis. Tapi yang penting disadari bahwa bagaimanapun juga sulit tugas itu, pelayanan nilai ilahi itu sendiri sangat bernilai, dan menjadi kebutuhan banyak orang. Maka perlu kebanggaan dalam diri pelayan sabda.
Sedangkan Injil Suci Mat 6:24-34 memberikan pengajaran,  Pertama bahwa tidak mungkin orang mengabdi dua tuan dengan memuaskan keduanya (lihat ayat 24).Kedua bahwa orang kristen di dalam hidupnya juga harus menghadapi kekuatiran dan kesulitan (ayat 25-34). Dalam pengajaran yang pertama dijelaskan sikap kristen terhadap kekayaan (bdk. Luk 16:1-9.13-15). Sedangkan dalam pengajaran kedua dijelaskan sikap kristen terhadap para miskin, yang memang kerap kali prihatin, khawatir, dan dalam bahaya kehilangan kemerdekaannya sebagai anak Allah. Baik bagi yang kaya maupun yang miskin, akhirnya kerajaan Allah harus didahulukan.
Pengabdian kepada Allah harus utuh. Tuntutan iman meminta kebebasan rohani dalam sikap terhadap yang lain. Iman akan Allah yang mencintai bisa membebaskan orang dalam sikap hidup. Kegelisahan terhadap kebutuhan hidup yang berlebihan, akhirnya mengikat manusia sehingga tidak lagi bebas hidupnya. Injil mewartakan sikap kebapaan Allah yang khas dalam iman kristen. Matius mewartakan bahwa hubungan dengan Allah sebagai Bapa mempunyai kaitan dengan gagasan ciptaan -pencipta (bdk. Mt 6:26)maupun dalam hubungan moral-etis bersendikan kasih.  Allah sebagai Bapa merupakan Warga Gembira Agung khas Kristiani. (Rm J. Widajaka CM.)