GOA NATAL

( 12-03-2017 )

GOA NATAL          
Dalam Gereja katolik Goa Natal lebih dikenal daripada Pohon Natal yang lebih dikenal dalam gereja Kristen. Kalau dipikir sebenarnya agak aneh, karena biasanya mereka lebih setia pada teks Kitab Suci. Padahal teks injil hari ini dengan jelas menceritakan hal tersebut. Dipadang pinggiran kota Betlehem banyak gua yang sering dipakai oleh para gembala sebagai kandang untuk berteduh hewan gembalaannya. Sementara tak satupun ayat Kitab Suci yang menyebut pohon natal. Sayang ada kecenderungan menghias pohon Natal secara berlebihan (mewah). Sebuah hotel mewah di Abu Dabi Emirat  Arab menghias Pohon Natal dengan hiasan permata seharga lebih dari 11 juta dollar. Kita mungkin bangga bahwa di Negara islam ada Pohon Natal yang begitu mewah. Namun ini sama sekali berlawanan dengan semangat kesederhanaan Natal. 
Penginjil Lukas memberi kerangka historis dalam berita Natal tersebut, yakni pada kesibukan sensus penduduk jaman pemerintahan kaisar Agustus. Rakyat  yahudi yang termasuk jajahan Romawi waktu itu harus kembali ke daerah asalnya untuk sensus. Begitu juga Yusuf dan Maria yang sedang hamil tua harus ke Betlehem dan ketika tiba di situ, mungkin sekali memang kota kecil itu sibuk kedatangan banyak tamu orang orang yang berasal dari keturunan Daud. Yusuf dan Maria yang sederhana tentu diabaikan pengurus rumah penginapan yang menginginkan bayaran lebih dari tamu yang lebih kaya. Itulah sebabnya mereka tidak mendapat tempat di penginapan manusia, sehingga harus menginap dan melahirkan di kandang hewan.
Ada pepatah “sejarah senantiasa terulang”. Begitu kita menyaksikan hingga dewasa ini banyaknya orang  yang  tersisih dan terabaikan dari dunia manusia. Kita bisa membaca setiap hari imigran yang harus meninggalkan negaranya yang sibuk perang saudara, atau karena ditindas dan tak dihargai haknya sebagai warga negara. Bahkan di negara kita sendiri banyak pengungsi karena bencana alam yang  terperhatikan hanya sekitar satu bulan sejak terjadinya, kemudian terlupakan. Juga pengungsi yang  terusir dari rumahnya karena keyakinan yang berbeda.
Namun barangkali kita bisa melihat lebih dekat di sekitar kita, bahkan dalam keluarga dan lingkungan kita sendiri anggota yang terabaikan karena kesibukan kita. Demi mencari rejeki,kita bisa –sadar atau tidak- memilih orang orang yang lebih menjanjikan keuntungan daripada anggota keluarga kita sendiri. Jika pengabaian itu terjadi pada orang-orang  yang seharusnya menjadi tanggungjawab kita, apalagi terhadap Tuhan.
Goa dan kandang Natal memang lebih mengajak kita melihat kedalam hati kita: masih adakah tempat bagi Tuhan dan sesama di hati saya? Ataukah kesibukan saya selama ini -sadar atau tidak- sudah menyingkirkan Tuhan dan sesama yang lemah dan miskin dari hati dan hidup saya?(sad budi)