Saudara-saudara yang terkasih dalam Yesus Kristus. Petikan Injil yang kita dengarkan pada Hari Minggu Biasa ke-33 ini mungkin salah satu petikan yang sama sekali tidak ingin kita dengarkan. Sebab Yesus mewartakan penderitaan yang akan kita terima karena mengikuti-Nya. “... kamu akan ditangkap dan dianiaya; kamu akan diserahkan ke rumah-rumah ibadat dan penjara-penjara, dan kamu akan dihadapkan kepada raja-raja dan penguasa-penguasa oleh karena nama-Ku (ayat 12).” Kita akan ditangkap, dianiaya, diserahkan, dan diadili. Mengerikan. Betapa sulitnya mengikuti jalan Tuhan.
Jika kita mencermati isu-isu politik baru-baru ini, betapa ungkapan yang kita dengarkan pada hari ini terasa benar. Betapa Ahok, yang memperjuangkan jalan kebenaran dan keyakinannya, mengalami jalan yang terjal. Dia dituduh menista, dan harus dihukum. Fenomena Ahok membuat kita kian sadar bahwa ternyata menjadi pengikut Kristus tidak mudah. Niat yang tulus dan jujur ternyata masihjuga disangsikan, bahkan dinafikan yang berujung pada pengadilan.
Kendatipun demikian, kita perlu memupuk keyakinan ini terus menerus, yakni bahwa Yesus akan senantiasa beserta kita. Sebab Yesus sendiri berkata, “Tetapi tidak sehelaipun dari rambut kepalamu akan hilang (ayat 18).” Dalam perjalanan waktu kita melihat sendiri bahwa semakin iman ditekan, semakin iman itu bertumbuh kembang. Pengalaman penderitaan dan penindasan, akan berubah menjadi batu loncatan bagi kita. Dari sana kita akan menjadikan Yesus sebagai satu-satunya kekuatan dalam hidup kita. Pengalaman penderitaan dan penindasan menunjukkan kepada kita bahwa kita terbatas; bahwa kita tidak bisa hidup tanpa bantuan-Nya. Masalahnya, hanya orang beriman yang bisa mengubah pengalaman penderitaan dan penindasan menjadi pengalaman iman yang menyelamatkan. Apakah Anda orang beriman?
Pengalaman tertindas juga akan melahirkan solidaritas. Kita akan berusaha bersatu dan saling melindungi satu sama lain, sebab kita sadar bahwa kita tak pernah bisa hidup sendiri. Rasa solidaritas inilah yang di kemudian hari menyelamatkan kita. Bukankah Yesus sendiri berkata, “kalau kamu tetap bertahan, kamu akan memperoleh hidupmu (ayat 19).” Bertahan bukan berarti diam tak berbuat apa-apa. Bertahan berarti kita mengisi masa penderitaan dengan solidaritas. Hanya dengan demikian, bantuan yang berasal dari Tuhan kian nyata kita rasakan kehadirannya.
(Rm. Johan, CM)