Giovanni Francesco Bernardone lahir di Asisi, daerah pegunungan Umbria, Italia Tengah tahun 1182. Karena sangat dimanjakan ayahnya ia tumbuh menjadi seorang pemuda yang suka berfoya-foya dan pemboros. Pengalaman pahit: ditangkap dan dipenjarakan selama satu tahun ketika menjadi prajurit hingga jatuh sakit setelah dibebaskan, menandai awal hidupnya yang baru.
Suatu ketika,demi memperbaiki Gereja, ia menjual setumpuk kain mahal milik ayahnya dan uang hasil penjualan kain itu diberikan kepada pastor paroki San Damian tetapi ditolak. Ayahnya sangat marah, meng-urung, memukul dan memaksa Fransiskus meng-embalikan uang tersebut namun dengan tenang ia mengatakan uangnya telah ia diberikan kepada orang-orang miskin. Ia menolak pulang ke rumah bahkan di hadapan Uskup Asisi, ia melucuti pakaiannya sambil mengatakan bahwa pakaian itupun milik ayahnya. Sang Uskup memberinya sehelai mantel dan sebuah ikat pinggang yang merupakan pakaian para gembala domba dari Umbria dan kemudian menjadi pakaian para biarawan Fransiskus.
Ia dijuluki "Poverello' (=lelaki miskin). Cara hidupnya yang miskin tapi selalu gembira dan penuh cinta kepada orang-orang miskin dan sakit, menarik minat banyak pemuda. Pada tahun 1209, ada tiga orang yang bergabung dengannya. Harta benda mereka dipakai untuk melayani kaum miskin dan orang sakit. Bersama mereka, Fransiskus membentuk komunitas persaudaraan yang lalu ber-kembang menjadi 'Ordo Saudara-saudara Dina' atau 'ordo Fransiskan'. Bagi Klara dkk, ia mendirikan Kongregasi Suster-suster Fransiskan atau Ordo Kedua Fransiskan. Fransiskus ditahbiskan menjadi diakon dan mau tetap menjadi seorang diakon sampai mati. Ia berusaha hidup menyerupai Kristus. Ia menekankan kemiskinan absolut bagi para pengikutnya. Ia menekankan juga penghayatan semangat cinta persaudaraan dan kesederhanaan hidup.
Pada tahun 1210, Sri Paus Innosensius III memberi restu bagi ordo yang didirikannya. Kemudian ia men-dirikan lagi Ordo Ketiga Fransiskan yang dikhususkan bagi umat awam dan lazim disebut kelompok 'Tertier'. Melihat perkembangannya yang menakjubkan maka pada tahun 1222 Paus Honorius III secara resmi mengakui komunitas religius Fransiskan beserta aturan hidupnya.
Pada usia 43 tahun, ketika sedang berdoa di bukit La Verna, ia mendapatkan karunia stigmata yang tak pernah hilang. Ia sangat dikagumi oarang-orang sejamannya dan dijuluki juga 'Sahabat alam semesta' karena cintanya yang merangkul seluruh ciptaan. Dalam kondisi kesehatan yang makin menurun dan pendangan mata yang makin kabur, ia menyusun karyanya yang besar 'Gita Sang Surya'. Salah satu kidung di dalamnya memuat tentang 'keindahan saling mengampuni' dan berhasil mendamaikan Uskup dan penguasa Asisi.
Pada tanggal 3 Oktober 1226 Fransiskus meninggal dunia di Kapela Portiuncula dan dua tahun berikutnya langsung dinyatakan 'kudus' oleh Gereja. Ia menunjukkan kembali kekayaan iman Kristen dengan menghayati: kerendahan hati, kemiskinan dan cinta. Pestanya dirayakan setiap tanggal 4 Oktober. (Ursula)