IUSTITIA OMNIBUS - Keadilan untuk semua -

( 27-10-2016 )

Ya, Tuhan datang dengan keadilannya yang paripurna. Adapun tiga cara supaya kita mendapatkan keadilan Tuhan:
1. Berbagi dalam kehidupan:
    “Donato ergo sum - Aku berbagi maka aku ada”, karena dengan memberi, bukan dengan menerima, kita bisa menjadi kaya, bukan? Yesus mengajak kita menjadi kaya dengan melaksanakan keseimbangan dan perilaku keagamaan yang tidak berkanjang dalam ruang domestifikasi belaka, tapi menjadi daya gerak-daya ubah-katalisator untuk berbelarasa bagi sesama. Ia jelas menunjukkan jati diri kemanusiaan dan keberimanan bahwa manusi membawa gambar diri “Yang Ilahi” dalam dirinya, saat tindakan belas-kasihan kepada sesama merajai kehidupan dan berbuah dalam tindakan kepedulian yang dibagikan secara nyata.
2. Berharap pada Tuhan:
   “Dum spiro spero - Selama masih bernafas aku terus berharap.” Yesus memberikan harapan pada Lazarus (Yun: “Pertolongan dari Tuhan”) yg adalah orang miskin dalam kacamata dunia, yg hidupnya penuh duka-derita dan samsara. Tuhan kita adalah Tuhan yang adil - mau menolong dan mengenal derita hati kita karena Ia bukanlah Tuhan yang angkat tangan/cuci tangan tapi Tuhan yang mau turun tangan, bahkan Tuhan yang mau datang ke dunia sebagai “Dia”, yang membiarkan dirinya disepak keluar dari dunia. Ia menjadi sakramen yang hidup. Ia menghadirkan wajah Allah yang mewartakan pengharapan, terlebih bagi banyak orang miskin.
Harapan sendiri tidak sama dengan optimisme. Optimisme muncul atas siasat naluri/pertimbangan manusiawi, sedangkan pengharapan itu berada pada tingkatan inspirasi, pada tingkatan iman. Disinilah bersama Lazarus yg miskin, kita juga diajak untuk terus berharap dan mengandalkan Tuhan karena Ia tidak pernah membuta-membisu-tuli-menjauh dan membiarkan ketidakadilan terus mendera hidup kita.
3. Beriman dengan mendalam:
   “Soli Deo Gloria - Hanya bagi kemuliaan Tuhan!” Jelasnya, kita bukan mahluk insani dalam perjalanan rohani, tapi kita adalah mahluk rohani dalam perjalanan insani.
Terkadang hidup kita juga menjadi seperti komedi putar: makin cepat dan makin cepat, namun tidak bisa keluar dari putaran itu sendiri. Disinilah, kita perlu ber-4 S: ”solitude/sendiri,“silence/heningan; “stillness/tenang dan “simplicity”/sederhana: “Kita diciptakan untuk memuji, menghormati dan mengabdi Allah. Ciptaan lain diciptakan untuk menolongnya dalam mengejar tujuan ia diciptakan. Karena itu kita harus mempergunakannya sejauh itu menolong untuk mencapai tujuan tadi; dan harus melepaskan diri dari barang-barang tersebut sejauh itu merintangi. Oleh karena itu kita perlu mengambil sikap lepas bebas terhadap segalanya”.
Hal inilah yang seharusnya terus menggema dan membahana dalam kedalaman hidup iman kita karena iman adalah bahan bakar kehidupan. Saudaraku, jadilah orang yang mudah berbelarasa terhadap sesama. (Hd)