‘Barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan’. (Luk. 14:1.7-14)

( 24-10-2016 )

Tak dapat disangkal, banyak orang mampu memahami Injil hari ini, tetapi amat keliru dalam pemahamannya. Memang banyak orang duduk di bagian belakang dalam aneka pertemuan, tetapi tidak didasari dengan motivasi yang benar yaitu kerendahan hati. Malahan sebaliknya, dia sengaja duduk di belakang dengan tujuan untuk menunjukkan siapa dirinya, yang ditampakkan secara halus. Apabila ini yang terjadi, dia justru menunjukkan kesombongan diri dalam kebersamaan hidup.
Bacaan Injil hari ini pertama-tama tidak bermaksud menunjukkan bahwa mereka yang duduk di belakang adalah selalu orang-orang yang rendah hati. Sedangkan mereka yang duduk di depan adalah selalu orang-orang yang sombong atau tinggi hati. Sebaliknya, perumpamaan itu ingin menandaskan kembali  pentingnya pilihan hidup manusia untuk senantiasa mau bersikap rendah hati dan tidak jatuh pada keinginan untuk menyombongkan diri dan mencari kehormatan. Yesus ingin mengajak setiap orang untuk berani menyangkal diri demi kedewasaan hidup pribadi. Sebab seseorang yang mengikuti kecenderungan akan  kehormatan dirinya, akan memperlemah semangat dan kemauan diri dalam berjuang dan sekaligus memungkinkan keterpisahan diri seseorang dalam hidup bersama.
Tiada jemunya Yesus mengingatkan kita, bahwa betapa mulianya apabila kita bisa hidup dengan semangat kerendahan hati & lemah lembut. Sebab hanya dengan keutamaan semacam itulah, kita akan  menghindarkan diri dari kecenderungan untuk mudah marah, mencela, menyalahkan, apalagi mengadili orang lain. Yesus hendak mengajak kita untuk berpikir bagaimana orang dapat sungguh mendapat kehormatan di mata-Nya dan menjadi tinggi di dalam pandangan-Nya, bukan besar di mata sendiri atau di muka manusia.
Akhirnya, ‘Barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan’, bukanlah sekedar pesan moral belaka. Perkataan Yesus itu lebih pada sebuah ajakan dan peneguhan bagi setiap orang untuk berani berbagi kasih. Sebab, mereka yang berani berbagi kasih, akan mendapatkan berkat yang berlimpah dari Tuhan Allah, sang pemilik kehidupan, seperti yang dikatakan dalam kitab Putra Sirakh (Sir 3): ‘Makin besar engkau, patutlah makin kaurendahkan dirimu, supaya engkau mendapatkan karunia di hadapan Tuhan’. Dari sebab itu, marilah kita berani memperjuangkan secara terus menerus semangat kerendahan hati sebagai keutaamaan kita dalam hidup kita sehari-hari. Sebab dengan memiliki keutamaan ini, kita akan tergerak untuk berani memiliki semangat memberi dan berbagi kasih yang pada akhirnya akan mendatangkan hujan rahmat bagi diri kita.
Rm. Tetra Vici Anantha, CM