KOYAKKANLAH HATIMU, BUKAN PAKAIANMU

( 03-12-2014 )


Bacaan Injil Minggu Adven II ini dalam Markus 1:1-8 mengisahkan tentang Yohanes Pembaptis, tokoh yang sudah sejak lama dinubuatkan menjadi utusan yang mempersiapkan jalan bagi datangnya Tuhan. Yohanes tampil dengan pakaian yang ‘nyentrik’ dan makanan yang ‘khusus’. Dia memakai jubah bulu unta dan ikat pinggang kulit, dan makanannya belalang dan madu hutan. Yohanes menyerukan: “Persiapkanlah jalan untuk Tuhan, luruskanlah jalan bagi-Nya”, “Bertobatlah dan berilah dirimu dibaptis dan Allah akan mengampuni dosamu.” Orang-orang dari seluruh daerah Yudea dan penduduk Yerusalem mendatanginya di padang gurun minta dibaptis olehnya sebagai tanda pertobatan demi pengampunan dosa.
Inti berita Yohanes Pembaptis adalah agar umat mempersiapkan kedatangan Tuhan dengan cara bertobat. Tetapi bagi orang Israel pada waktu itu bertobat adalah sesuatu kata yang asing dan membingungkan sebab mereka selalu berpikir, kami umat pilihan Allah, keturunan Abraham, dan Bapak orang beriman. Pertobatan adalah untuk orang yang melakukan kejahatan dimata Allah, orang yang membunuh, mencuri, merampok, berzinah dsb. Kami bukan orang yang seperti itu.
Tetapi berita pertobatan yang diwartakan oleh Yohanes tetap menjadi berita yang yang berlaku untuk semua orang, termasuk juga untuk orang Israel. Warta pertobannya senantiasa diserukan dengan tujuan agar umat kembali kepada Allah dan melakukan kehendak-Nya. Dalam seruan pertobatan ini ada aspek hubungan yang dipulihkan dengan Allah, tetapi juga ada wujud kehidupan yang diarahkan untuk mentaati kehendak Allah.
Tema renungan kali ini: ”Koyakkanlah hatimu, bukan pakaianmu”, patut untuk kita renungkan ulang berkaitan dengan usaha pertobatan kita di masa Adven ini. Mengoyakkan hati mengandung arti: ”Mematikan sifat-sifat ke-aku-an atau menaklukkan ego di bawah kekuasaan dan kehendak Allah”. Jadi pengakuan kita yang kita katakan sebagai pertobatan bukanlah sekedar formalitas, tetapi sungguh-sungguh lahir dari hati nurani yang terdalam dan ada tekad yang kuat untuk tidak mengulanginya lagi.
Semoga dalam menantikan kedatangan-Nya, kita juga berkenan membenahi hati kita dengan didahului oleh semangat pertobatan yang benar. Semoga Tuhan menolong dan memberkati kita. (Rm. Tetra Vici Anantha, CM)