MISDINAR DALAM PERAYAAN LITURGI

( 15-06-2016 )

43.    Dimanakah posisi misdinar saat Doa Syukur Agung?
Yang berada di panti imam ketika Doa Syukur Agung adalah para pelayan tertahbis (uskup, imam, diakon). Para pelayan yang tidak tertahbis sebaiknya mengambil tempat di luar panti imam untuk menggarisbawahi perbedaan fungsi dan peran masing-masing. Dengan demikian, posisi misdinar saat Doa Syukur Agung yang paling tepat ialah di bawah panti imam. Akan tetapi, jika panti imam sangat luas dan jarak antara Altar dengan tangga menuju panti imam sangat jauh, maka misdinar pembawa pedupaan diizinkan berlutut di depan altar untuk mendupai Sakramen Mahakudus ketika diunjukkan.
44.    Bagaimanakah ketentuan pendupaan yang benar?
PUMR no. 276 menyebutkan bahwa pendupaan merupakan ungkapan hormat dan doa sebagaimana dijelaskan dalam Kitab Suci. Dalam setiap bentuk Misa boleh digunakan pendupaan:
a.    Selama perarakan masuk;
b.    Pada permulaan Misa untuk menghormati salib dan Altar;
c.    Waktu perarakan dan pewartaan Injil;
d.    Sesudah roti dan anggur disiapkan di Altar, bahan persembahan, salib dan Altar didupai; juga imam dan umat;
e.    Waktu Hosti dan Piala diperlihatkan kepada umat sesudah konsekrasi masing-masing.
Menurut PUMR no. 277, sesudah mengisi pedupaan, imam memberkatinya dengan membuat tanda salib di atasnya, tanpa mengatakan apa-apa. Sebelum dan sesudah pendupaan, petugas membungkuk khidmat ke arah orang atau barang yang didupai, kecuali dalam pendupaanAltar dan bahan persembahan untuk Ekaristi. Pendupaan dilaksanakan dengan mengayunkan pedupaan ke depan dan ke belakang. Pedupaan diayunkan 2 x 3 kali untuk penghormatan:
a)    Sakramen Mahakudus, relikui salib suci dan patung Tuhan yang dipajang untuk dihormati secara publik;
b)    Bahan persembahan
c)    Salib Altar, Kitab Injil, lilin paskah, imam dan umat
Pedupaan diayunkan 1 x 3 kali untuk penghormatan relikui dan patung orang kudus yang dipajang untuk dihormati secara publik. Semua ini didupai hanya pada awal Perayaan Ekaristi, sesudah pendupaanAltar. Altar didupai dengan serangkaian ayunan tunggal sebagai berikut:
a)    Kalau Altar berdiri sendiri, imam mendupai Altar sambil mengelilinginya
b)    Kalau Altar melekat pada dinding, maka imam mendupai sambil berjalan ke sisi kanan lalu ke sisi kirinya.
Kalau ada salib di atas atau di dekat Altar, maka salib itu didupai sebelum Altar; atau imam mendupai salib pada saat ia melintas di depannya.
Sebelum mendupai salib dan Altar, imam mendupai bahan persembahan dengan mengayunkan pedupaan 2 x 3 kali atau dengan membuat tanda salib dengan pendupaan di atas bahan persembahan.
45.    Apa yang harus dilakukan misdinar ketika ia harus berlalu-lalang lewat di depan Altar?
Ketika misdinar harus berlalu-lalang di depan Altar, mereka hendaknya menundukkan kepala sebagai tanda hormat kepada Altar dan Tabernakel, tapi tidak perlu berlutut. Akan tetapi, hendaknya tata gerak misdinar diatur sedemikian rupa sehingga meminimalisir lalu-lalang di depan Altar, agar tidak mengganggu fokus umat pada misteri yang sedang dirayakan.
46.    Bagaimanakah sikap misdinar yang baik saat berjalan, berdiri, dan duduk?
Ketika berjalan, kedua telapak tangan terkatup di depan dada. Hendaknya misdinar berjalan yang baik tidak terlalu tergesa-gesa supaya suasana khidmat dan tenang terjaga, namun tidak terlalu lambat juga supaya tidak memberi kesan lamban, serta pandangan mata lurus ke depan.
Ketika berdiri, kedua telapak tangan terkatup di depan dada. Misdinar hendaknya berdiri tegak, tidak bersandar.
Ketika duduk, telapak tangan diletakkan di paha. Hendaknya misdinar duduk dengan sopan dan tidak terlalu santai. Duduk bukan waktu untuk istirahat, melainkan waktu untuk mendengarkan Sabda Tuhan.