Bacaan Pertama (Kej 14:18-20) menghadirkan Melkisedek, raja Salem, adalah seorang imam yang membawa persembahan roti dan anggur. Dengan demikian tokoh ini mengingat Perjanjian Lama dengan Perjanjian Baru, yaitu mengingat pengertian hubungan antara Allah dan manusia seperti dipahami dulu dengan apa yang terjadi dalam pujian syukur pada Ekaristi. Persembahan hasil bumi menjadi tanda persembahan hidup bersama Kristus Yesus.
Kecuali itu Imam Melkisedek dalam ibadah tidak lagi didasarkan pada keturunan Harun, melainkan berdasarkan Kharisma (lih. Mal 2:7-10;bdk. Mzm 109 :1-4). Melkisedek adalah gambaran dari ibadah baru yang dilaksanakan Kristus dan Jemaat Nya.
Bacaan Kedua (1Kor 11:23-26) menunjukkan bagaimana jemaat Korintus merayakan Ekaristi. Mereka merayakan bersama dengan Pesta Kasih (=agape). “sebab setiap kali kamu makan roti ini dan minum dari cawan ini, kamu mewartakan wafat Tuhan sampai Ia datang “ (1 Kor 11:26).Maksudnya baik, tapi prakteknya kaum miskin dalam pesta Agape itu dilupakan. Untuk menghentikan penyalahgunaan itu, Paulus mengingatkan maksud pokok Perayaan Ekaristi seperti dikehendaki Kristus. Paulus menunjukkan bahwa Ekaristi mempunyai hubungan yang erat dengan seluruh Gereja, yaitu kumpulan jemaat beriman tanpa membedakan kaya dan miskin (lih.1Kor.11:27-29;bdk.1Kor.10:16-17), maka perayaan Ekaristi selalu harus menyadarkan orang kristen akan hubungannya dengan Kristus dan sesamanya.
Injil Suci (Luk.9:11-17) memberikan gambaran bagaimana Yesus Kristus memberikan santapan bagi banyak orang. Pergandaan roti yang dikerjakan Yesus merupakan pertemuan partisipasi manusiawi dan daya ilahi yang menguduskan. Peristiwa ini membawa makna mendalam bagi kita tentang seluruh proses perjuangan hidup kita menuju persatuan dengan Allah sendiri. Allah mengundang kita untuk masuk dalam persekutuan kasih dengan Nya dan kita diharapkan mau turut serta dalam perjuangan tersebut.
Secara khusus Lukas menempatkan kisah pergandaan roti ini dalam konteks perutusan para murid (Luk 9:1-6) dan pengakuan Perus (Luk 9:18-20) agar menjadi jelas bahwa tugas para murid Yesus memang didasarkan pada kurnia kekayaan Nya (Luk 9:11-17) yang harus diakui oleh para murid. Baru dengan demikian Ekaristi mempunyai dimensi yang nyata bagi hidup Kristen. Rm J. Widajaka CM