PERSIAPAN UMAT SEBELUM MENGIKUTI MISA KUDUS

( 22-02-2016 )

Tanya jawab seputar 'Persiapan Umat sebelum mengikuti Misa Kudus' ini diambil dari buku Katekese Liturgi 2016 yang disusun oleh Tim Komisi Liturgi Keuskupan Surabaya yang  berjudul 'Seputar Umat dan Petugas Liturgi'. 
09.    Apa yang harus dilakukan umat saat imam menunjukkan Tubuh dan Darah Kristus?
Selama Perayaan Ekaristi, umat berpartisipasi dengan sikap dan tata gerak duduk, ataupun memberi hormat dengan berbagai tingkatan, mulai dari berdiri, menundukkan kepala, membungkukkan badan, sampai ke berlutut. Berikut ini akan disampaikan sikap dan tata gerak saat konsekrasi.(bdk. PUMR, 43)
Umat diminta berlutut saat konsekrasi, kecuali kalau ada masalah kesehatan atau kalau tempat ibadat tidak memungkinkan, entah karena banyaknya umat yang hadir, entah karena sebab-sebab lain. Di Indonesia, umat sudah terbiasa berlutut sejak sesudah Kudus sampai dengan akhir Doa Syukur Agung; kebiasaan ini perlu dipertahankan.
Berlutut dengan menekuk dua kaki adalah ungkapan hormat tertinggi dalam tradisi Gereja Katolik Ritus Romawi.Umat yang sudah berlutut ketika konsekrasi boleh saja mempraktikkan tata gerak menundukkan kepala atau membungkukkan badan atau bahkan sujud menyembah dalam devosi pribadi, akan tetapi saat upacara liturgi bersama umat yang lain, sebaiknya ketentuan hukum liturgi dan tradisi Ritus Romawi lebih diutamakan.
Ketika Tubuh atau Darah ditunjukkan oleh imam selebran, umat seharusnya melihatnya. Memang Tubuh dan Darah itu dipertunjukkan kepada umat untuk dilihat, bukan diabaikan. Misalnya, malah dengan menundukkan kepala atau mengatupkan kedua telapak tangan dan mengangkat ke depan wajah. Kita tidak diminta menyembah. Maka, tidak ada keharusan itu. Setelah mengangkat Tubuh atau Darah itu, imam memang memberi penghormatan dengan berlutut. Kiranya sikap menyembah ataupun menundukkan kepala oleh umat dapat disetarakan dengan sikap imam ini, yakni sebagai bentuk penghormatan, bukan penyembahan. Singkatnya, pandanglah Tubuh dan Darah Kristus ketika imam selebran mengangkatnya bagi umat.
Mereka yang tidak dapat berlutut pada saat konsekrasi karena satu dan lain hal, hendaknya membungkuk khidmat saat imam berlutut memberi hormat, setelah menunjukkan Tubuh dan Darah Kristus.
Setelah mengetahui bagaimana ajaran Gereja untuk menghormati Tubuh dan Darah Kristus pada waktu konsekrasi, marilah kita bersama mempraktikkannya. Nyatakanlah ungkapan hormat kita dengan rendah hati dan taat, dengan tata gerak yang sama dengan umat lain, sesuai dengan apa yang diajarkan Gereja
10.    Bagaimana sikap kita saat memberi salam damai?
Saat memberikan salam damai, jangan sampai pusat perhatian kita bergeser dari Tuhan kepada orang-orang di sekitar kita. Walaupun mata kita memandang mereka saat memberi salam, namun yang terpenting adalah niatan di dalam hati kita untuk berdamai, tidak saja kepada mereka, tetapi juga kepada mereka yang menyakiti ataupun yang kita sakiti hatinya. Orang-orang di sekitar kita yang kita beri salam adalah sebagai wakil yang mengingatkan kita akan niatan hati kita itu. Ingatlah akan pesan Yesus, “… Jika engkau mempersembahkan di atas mazbah dan engkau teringat akan sesuatu yang ada di dalam hati saudaramu terhadap engkau, tinggalkanlah persembahanmu di depan mazbah itu dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu …” (Mat. 5:23). Maka salam damai yang kita nyanyikan seharusnya bukan sekedar ‘basa-basi’, namun sesungguhnya membawa akibat perubahan yang besar, yaitu bahwa kita berketetapan hati untuk mengampuni orang yang menyakiti kita (siapapun orang itu), dan meminta ampun kepada orang yang telah kita sakiti hatinya. Jika kita belum sempat melakukannya sebelum Misa, biarlah kita melakukannya sekembalinya kita dari Misa Kudus.
Hanya dengan hati yang dipenuhi damai inilah, maka kita dapat dengan lapang memandang Tuhan Yesus, Sang Anak Domba Allah. Pandanglah Kristus, dan kita akan belajar dari-Nya bagaimana caranya mengasihi dan mengampuni, sampai sehabis-habisnya. Dia telah menyerahkan Diri-Nya di kayu salib, sebagai bukti kasih-Nya yang tiada batasnya pada kita: Dia mau menderita, demi menebus dosa kita, Dia mau dihina sedemikian rupa, untuk menanggung akibat dosa kita. Dia rela berkorban, sampai seperti anak domba, yang tanpa perlawanan menyerahkan nyawa-Nya. Pandanglah Kristus, dan akuilah segala kelemahan kita, bahwa kita sering tidak mau dan tidak dapat berkorban. Sekali lagi kita mohon belas kasihan dari-Nya dan mohon kekuatan atas niat kita untuk berdamai dan menjadi pembawa damai: “Anak Domba Allah, kasihanilah kami. Berilah kami damai.”