ST. GABRIEL POSSENTI

( 22-02-2016 )

Semasa kecilnya Gabriel dipanggil dengan nama Fransiskus, mengikuti nama Fransiskus Asisi, pelindung kotanya. Ia adalah anak bungsu seorang gubernur. Ibunya, yang meninggal ketika ia berusia empat tahun,  memberinya teladan yang sangat berpengaruh terutama dalam hal devosi kepada Bunda Maria. Sepeninggal ibunya, Bunda Maria menjadi tokoh pengganti yang sungguh dicintainya.
Fransiskus kecil diperkenankan menerima Komuni Suci pada usia 7 tahun. Sebagai siswa di Kolese Serikat Yesus, ia terus memegang sebutan 'sang juara' dalam kelasnya. Ia adalah teman yang baik dan setia, suka menolong, murah hati dan jarang mengeluh bila dihukum karena kesalahan teman-temannya. Karena pergaulan-nya yang ramah serta kelincahannya dalam olah raga,  ia disukai banyak orang.
Ia sangat pandai dalam pelajaran Sastra Latin dan sangat mahir bersyair dalam bahasa Latin serta dikenal sebagai seorang pemain drama yang berbakat. Ketika duduk di kelas terakhir, ia diangkat sebagai Ketua Akademis para siswa dan menjadi Prefek Kongregasi Maria. Meski demikian, sifat-sifatnya yang mengingini kesenangan-kesenangan duniawi masih tetap menonjol dalam praktek hidupnya. Ia suka membaca buku-buku roman, menonton sandiwara, berburu dan berdansa. Kehidupan rohani kurang diindahkannya.
Namun rencana Tuhan atas dirinya tampak jelas. Tuhan tetap membimbingnya. Pada saat Hari Raya Maria Diangkat ke Surga, 15 Agustus 1855, diadakan perarakan patung Bunda Maria mengelilingi kota Spoleta. Uskup Agung kota Spoleta sendiri yang membawa patung itu. Saat itu Fransiskus mendengar suara panggilan Bunda Maria: "Fransiskus, engkau tidak diciptakan untuk dunia ini, tetapi untuk menjalani kehidupan bakti kepada Allah di dalam biara".  Fransiskus mendengar suara itu dengan takut. Ia merenungkan kata-kata Bunda Maria itu dengan hati terharu. Semenjak saat itu, tumbuhlah keinginannya untuk masuk biara. Kemudian ia melamar masuk Kongregasi Imam-imam Passionis.
Di dalam Kongregasi Passionis inilah ia mengganti namanya dengan Gabriel. Pada tahun 1856 ia menerima jubah Kongregasi Passionis. Namun kehidupannya di dalam biara ini tidak lama. Ia meninggal dunia pada tahun 1862 setelah berhasil menempa dirinya menjadi biarawan Passionis sejati. Selama berada di biara, Gabriel sungguh menunjukkan kesungguhan dalam menata hidup rohaninya. Ia benar-benar mencintai Yesus Tersalib dan Bunda Maria yang berduka. Devosi kepada Bunda Maria yang telah dilakukannya semenjak kecil terus dilakukannya hingga menjadikan hidupnya suci. Banyak mujizat yang terjadi pada setiap orang yang berdoa dengan perantaraannya. Gabriel menjadi seorang tokoh panutan bagi para kaum muda. Pestanya kita peringati setiap tanggal 27 Pebruari. (Ursula)