PERSIAPAN UMAT SEBELUM MENGIKUTI MISA KUDUS

( 09-02-2016 )

Tanya jawab seputar 'Persiapan Umat sebelum mengikuti Misa Kudus' ini diambil dari buku Katekese Liturgi 2016 yang disusun oleh Tim Komisi Liturgi Keuskupan Surabaya yang  berjudul 'Seputar Umat dan Petugas Liturgi'. 
05.    Berapa kali kita perlu membuat tanda salib pada saat Perayaan Ekaristi?
Saat Dalam Perayaan Ekaristi, umat membuat tanda salib bersama-sama dengan umat yang lain hanya dua kali saja. Pertama, pada waktu imam mengawali Misa dengan tanda salib, dan kedua pada waktu imam mengakhiri Misa dengan memberikan berkat. Selain itu, ada juga tiga tanda salib kecil yang dibuat bersama-sama imam dan umat yang lain, di dahi, di bibir, dan di dada, pada awal bacaan Injil.Tanda salib kecil ini dibuat tanpa mengatakan apa-apa. Selain itu, umat bisa saja membuat tanda salib secara individual, sendiri-sendiri, pada waktu berdoa pribadi saat tiba di gereja dan saat hendak meninggalkan gereja, atau saat menyampaikan doa-doa pribadi di depan patung atau lukisan orang-orang kudus, di luar Misa.
Bagaimana dengan doa pribadi sebelum dan sesudah menerima Komuni? Perlukah umat membuat tanda salib? Boleh saja, meski sebenarnya tidak perlu. Misa pada hakikatnya adalah suatu doa juga, dan pada awal dan akhir Misa kita sudah membuat tanda salib bersama-sama; jadi, untuk berbagai doa yang dipanjatkan selama berlangsungnya Misa, sebenarnya umat tidak perlu membuat tanda salib lagi.
Ada umat yang membuat tanda salib sesaat sebelum atau sesaat sesudah menerima Tubuh Kristus; perlukah itu? Sebenarnya, tidak ada tradisi demikian di Gereja Katolik Ritus Romawi.Dalam aturan tertulis demikian, “Umat menyambut [Komuni] entah sambil berlutut entah sambil berdiri, … Tetapi, kalau menyambut sambil berdiri, dianjurkan agar sebelum menyambut Tubuh (dan Darah) Tuhan mereka menyatakan tanda hormat yang serasi …” (PUMR, 160). Maka, daripada membuat tanda salib penghormatan, yang lebih cocok adalah membungkukkan badan atau berlutut dengan kaki kanan menyentuh lantai.
Ada umat yang setelah membuat tanda salib lalu mencium ujung ibu jari atau melanjutkannya dengan tiga tanda salib kecil seperti yang kita buat sebelum Injil; perlukah itu? Jawabnya, boleh-boleh saja karena hal ini merupakan penghayatan pribadi walau sebenarnya tidak perlu
06.    Apa makna tata gerak menepuk atau menebah dada dalam Ritus Tobat?
     Di awal Perayaan Ekaristi, setelah membuat tanda salib dan mendengarkan pengantar dari imam, kita akan diajak untuk menyesali dan mengakui bahwa kita telah berdosa, supaya layak merayakan Misa, yang merupakan sebuah peristiwa penyelamatan bagi kita.Imam akan memulai dengan berkata, “Saya mengaku,” dan umat akan melanjutkan dengan, “kepada Allah yang Mahakuasa”, dan seterusnya.Saat mengucapkan, “saya berdosa, saya berdosa, saya sungguh berdosa,” kita semua menepuk dada tiga kali, tepatnya waktu mengucapkan kata “berdosa”. Tata gerak ini diadopsi dari tradisi Yahudi, memukul-mukul diri di dada, yang merupakan ungkapan tak pantas dan tanda penyesalan yang mendalam.
Berikut ini adalah contoh yang dapat kita temukan dalam Injil Lukas:
Kepada beberapa orang yang menganggap dirinya benar dan memandang rendah semua orang lain, Yesus mengatakan perumpamaan ini: “Ada dua orang pergi ke Bait Allah untuk berdoa; yang seorang adalah Farisi dan yang lain pemungut cukai.Orang Farisi itu berdiri dan berdoa dalam hatinya begini: Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezina dan bukan juga seperti pemungut cukai ini; aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku. Tetapi pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh, bahkan ia tidak berani menengadah ke langit, melainkan ia memukul diri dan berkata: Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini.” Luk. 18:9-13
Kita simak dan garisbawahi bahwa, “pemungut cukai itu memukul diri”.Tata gerak memukul diri inilah yang diadopsi oleh Gereja Katolik Ritus Romawi dan disederhanakan menjadi menepuk atau menebah dada tiga kali, masih dengan makna yang sama. Mari, Ibu, Bapak, dan Saudara-Saudari, bersama-sama kita melakukannya dengan sungguh-sungguh, mulai dari Misa ini.