“Sukacita Injil memenuhi hati dan hidup semua orang yang menjumpai Yesus. Mereka yang menerima tawaran penyelamatanNya dibebas-kan dari dosa, penderitaan, kehampaan batin dan kesepian.”(EG 1) Demikian Paus membuka seruan apostoliknya yang sangat menyentuh hati. Paus melanjutkan: “Ketika kehidupan batin kita terbelenggu dalam kepentingan dan kepedulian-nya sendiri, tak ada lagi ruang bagi sesama, tak ada tempat bagi simiskin papa. Suara Allah tak lagi didengar, sukacita kasihNya tak lagi dirasakan, dan keinginan untuk berbuat baikpun menghilang” (EG 2)
Ada berbagai sebab yang membuat kita tidak merasakan sukacita injili, namun yang paling mendasar adalah egoism, terkurung dalam kesibukan dan kepentingan diri. Inilah yang membuat hidup kita kosong dan tak berkembang: “Hidup bertumbuh dengan dibagikan, hidup menjadi lemah kalau kita menutup diri kepada sesama dan tenggelam dalam kenyamanan diri. Hidup kita akan berarti kalau kita berani meninggalkan rasa aman dan penuh semangat rela diutus untuk mengkomunikasikan hidup kita kepada sesama.” (EG 10)
Kemudian Paus menyebut beberapa tantangan
dunia sekarang: ekonomi yang tidak adil, uang sebagai berhala baru, sistem finansial yang lebih menguasai daripada melayani, ketidak setaraan yang membuahkan kekerasan, perubahan budaya dll. Mereka yang melayani dalam pastoral juga tak luput dari godaan: egoisme dan kemalas-an rohani, pesimisme yang mandul, keduniawian yang rohani, konflik antar kita sendiri.
Paus menyerukan kepada siapa saja yang telah menerima injil untuk menjadi pewarta injil dalam dunia kita masing-masing, bukan hanya dalam lingkungan Gereja namun juga dalam lingkungan kerja dan masyarakat. Gereja harus peka terhadap permasalahan yang dihadapi manusia sehari-hari.
Seruan Paus ini demikian penting karena menyangkut hakekat kita semua, mewartakan injil bukan sekadar tugas, apalagi tugas sampingan. Mewartakan injil adalah hakekat setiap murid Kristus sebagai individu, kelompok, maupun Gereja seluruhnya. Itulah sebabnya kita semua diundang untuk membahas dan memahaminya dengan baik lewat seminar yang akan diberikan oleh Suster Merry Teresa HCarm, dosen teologi spiritual pada hari Minggu 24 Januari jam 9 pagi. (sad budi)