MISIONARIS DALAM HIDUP KITA

( 23-10-2015 )

Minggu Misi (Evangelisasi) 2015 – Yes 53:10-11; Ibr 4:14-16; Mrk 10:35-45

Hari ini ditetapkan Gereja sebagai Hari Minggu Misi (Evangelisasi). Mendengar kata misi, umumnya kita segera membayangkan para misionaris yang rela meninggalkan keluarga dan tanah airnya untuk diutus mewartakan injil ke daerah misi. Ingatan kita melayang kepada misionaris yang kita kenal di masa lampau maupun masa kini. Kita mendoakan dan mungkin mengirim sesuatu untuk menunjukkan dukungan kita kepada mereka.

Itu semua baik dan perlu, tapi sayang kita sering melupakan misionaris dalam hidup kita. Orang yang telah membawa kita kepada Tuhan. Mereka ini hadir dalam hidup kita, sebagai sahabat kita, guru kita, pasangan kita, orang tua kita, anak kita. Oleh teladan dan perhatian mereka kita tertarik pada iman mereka, dan kemudian juga kepada Tuhan yang mereka imani. Mereka inilah misionaris (utusan) Tuhan bagi kita. Oleh mereka kita mengenal Tuhan dan diselamatkan karena kita bertobat untuk mau mengikuti Tuhan, tidak hanya mengikuti keinginan dan kesenangan kita sendiri. Karena pertobatan kita, maka hidup kita juga menarik bagi sesama, sehingga merekapun kita bawa kepada Tuhan. Begitulah giliran kita yang menjadi misionaris Tuhan bagi sesama. Inilah yang kita rayakan penuh syukur pada hari ini: bahwa kita dibawa pada Tuhan oleh sesama kita, dan pada gilirannya kita juga membawa sesama kepada Tuhan. Begitu berarti peristiwa ini, namun sering begitu biasa, sehingga kita lupa mensyukurinya, dan karena itu kita juga kurang peduli untuk menjadi misionaris Tuhan yang lebih efektif.

Bagaimana kita dapat menjadi misionaris Tuhan yang efektif bagi sesama? Kita dapat melihat kembali kehidupan mereka yang menarik bagi kita. Sabda tuhan pada hari ini juga dapat membantu menerangi pengalaman kita akan kehadiran misionaris itu.

Pertama, seorang misionaris adalah orang yang berani keluar dari egonya agar dapat memerhatikan dan mengasihi sesamanya. Seorang guru menarik bagi muridnya, karena dia tidak hanya mengajar, namun peduli pada kehidupan muridnya. Kedua, seorang misionaris adalah seorang yang sabar dan rela berkorban demi keselamatan sesamanya (Yes 53:11). Seorang suami akhirnya takluk dan bertobat oleh kesabaran isterinya yang tetap setia, walaupun dia sering tidak setia. Istri ini menyatakan kesetiaan Tuhan yang dengan sabar menantikan pertobatan manusia yang sering tidak setia.  Ketiga, misionaris adalah orang yang rendah hati. Seorang bos yang rendah hati, mau bergaul dengan karyawannya sebagai sesama dan peduli dengan permasalahan mereka, sangat menyentuh hati mereka(10:44-45). Ia menampilkan solidaritas Putra Allah yang rela menjadi sesama bagi manusia (Ibr 4:15).

Ada banyak misionaris di sekitar kita. Mereka telah menyelamatkan sesamanya, membuat hidup mereka menjadi baik, dan membuat dunia ini lebih aman dan nyaman untuk dihuni. Mereka adalah orang yang mau digerakkan oleh Tuhan ambil bagian dalam karya keselamatannya. Dalam Minggu Misi ini Tuhan juga menawarkan rahmat panggilannya kepada kita untuk menjadi misionaris, kalau kita mau terbuka keluar dari ego kita, sabar dan rela berkorban, serta rendah hati. (sad budi cm)