'KEKUATAN CINTA YANG MEMAAFKAN'

( 07-04-2019 )

Untuk mampu memaafkan kita harus me-miliki keberanian menatap keburukan yang diperbuat orang kepada kita. Kita tidak dapat berpura-pura menggunakan topeng kamuflase kita tidak dapat sekedar mau mengerti dan menerima dengan baik; kita tidak dapat  meng-abaikan atau mengesampingkan perbuatan yang menyakitkan itu. Jadi, hanya mereka yang realis yang  mampu memberikan maaf.

Salah satu alasan yang menghambat orang memberikan maaf adalah rasa takut akan kenyataan. Memang menipu diri sendiri lebih mudah daripada memaafkan, tetapi tidak membawa penyembuhan. Memaafkan dimulai dengan membuang tipuan kepada diri sendiri dan berani menghadapi kenyataan. Sebab tidak ada seorangpun yang dapat memaksa kita untuk memberi maaf. Hanya orang bebas yang mampu memaafkan. Bila kita memafaat-kan orang lain dengan bebas, kita akan meraih lebih banyak lagi kebebasan yang memberi-kan kekuatan untuk memaafkan lebih banyak lagi.  

Maaf diberikan karena ada cinta dibaliknya.  Cinta tidak menjadikan kita mudah tertipu oleh mereka yang menyakiti kita dengan tidak adil, karena cinta itu kuat sehingga kita mampu menghadapi dan mengatasi tantangan yang bergejolak dalam diri untuk memafaatkan. 

Unsur yang menguatkan cinta, adalah komitmen. Cinta yang terikat komitmen tidak mengenal 'selesai' sebab ia akan memberikan kepada kita kekuatan untuk melawan masa sulit dengan mengharapkan datangnya saat dan waktu yang lebih baik. Cinta yang terikat komitmen tidak pernah menyerah. Cinta itu tetap menyala-nyala dan menguatkan langkah kita untuk menuju suatu awal yang baru, yang membawa kebahagiaan dan kedamaian sejati.

Oleh karena itu, kekuatan cinta untuk memaafkan lebih kuat daripada kekuatan kebencian. Sebab kekuatan kebencian hanya menjadikan seseorang  lebih lemah daripada sebelumnya, bahkan terlalu lemah untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik selain keinginan kuat hanya untuk membalas dendam. Akhirnya kebencian itu hanya akan membawa kita pada kerapuhan dan penderitaan yang panjang dan mematikan.  

Saudaraku, bagaimana pengalaman Anda dalam memberikan maaf kepada orang yang berbuat salah terhadap Anda? Tentu sangat sulit bila tidak didasari oleh cinta yang kuat. Atau sampai kapan Anda ingin terus menerus hidup dalam kebencian dan keinginan untuk balas dendam? (Hd.)